suara hijau

Dari Kotoran Jadi Harapan: Kisah Nadia Mazaya Kembangkan Energi Bersih dari Desa

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 23 Mei 2025 | 15:49 WIB
Dari Kotoran Jadi Harapan: Kisah Nadia Mazaya Kembangkan Energi Bersih dari Desa
Nadia Mazaya dari Daur Karbon Project. (Dok. Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di desa-desa pelosok Indonesia, listrik tak selalu menyala. Tapi di tengah keterbatasan itu, Nadia Mazaya melihat peluang. Ia tidak sekadar melihat masalah, melainkan bergerak menciptakan solusi.

Nadia, mahasiswa 20 tahun asal Yogyakarta, menggagas Daur Karbon Project—gerakan pengelolaan limbah dan energi bersih yang lahir dari keresahannya melihat tumpukan kotoran ternak dan limbah organik yang tak termanfaatkan.

“Inistiatif ini saya gagas karena banyak tumpukan kotoran ternak di desa dan akses listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih belum merata,” ujar Nadia dalam keterangannya. 

Bersama timnya, Eco Zoomers, Nadia membangun instalasi biogas sederhana. Kotoran ternak yang tadinya jadi sumber polusi, kini diubah menjadi gas untuk memasak, menyala lampu, bahkan mengisi daya alat elektronik melalui Eco-Charging Station.

Tak hanya bersih, energi ini juga terjangkau.

“Listrik ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga warga, dengan sebagian disimpan di pembangkit listrik dan disalurkan ke Eco-Charging Stations, yang menyediakan listrik,” jelas Nadia dalam presentasinya di Panel Ashoka Young Changemaker 2025.

Apa yang dilakukan Nadia bukan sekadar inovasi teknologi. Ini adalah bentuk perlawanan terhadap krisis lingkungan.

Ia menunjukkan bahwa solusi bisa datang dari desa, dari anak muda, dari tempat-tempat yang selama ini jarang dilihat sebagai sumber perubahan.

Tak berhenti di biogas, tim Nadia juga mengembangkan penguraian limbah makanan dan limbah pertanian dengan maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Hasilnya limbah berubah menjadi pupuk organik dan pakan ternak berkualitas tinggi.

Baca Juga: Dibayangi Asap Batu Bara, Transisi Hijau ke Mobil Listrik Jadi Bumerang?

Kini, lebih dari 700 warga terlibat langsung. Mereka tidak lagi melihat limbah sebagai masalah, melainkan sebagai sumber daya. Dengan 10 kilogram maggot, mereka mampu mengurai hingga 50 kilogram limbah setiap hari.

Nadia Mazaya dari Daur Karbon Project. (Dok. Istimewa)
Nadia Mazaya dari Daur Karbon Project. (Dok. Istimewa)

Selama dua tahun berjalan, Daur Karbon Project mencatat potensi pengurangan emisi karbon hingga 5,7 ton CO per tahun. Bukan angka kecil untuk sebuah gerakan akar rumput yang tumbuh tanpa banyak sorotan.

Berbekal inisiatif ini, Nadia terpilih sebagai salah satu dari 14 penerima gelar Ashoka Young Changemaker 2025. Bersama 13 remaja lain dari 9 kota dan kabupaten di Indonesia, ia mewakili wajah baru gerakan perubahan dari generasi muda. Mereka adalah bukti bahwa anak muda tak sekadar menjadi penerus, tapi juga penggerak zaman.

Bagi Nadia, perubahan tidak menunggu izin. Siapa pun bisa jadi pengubah, asalkan mau memulai—sekalipun dari desa yang jauh dari pusat kota, dari limbah yang dianggap tak berguna.

Ashoka Young Changemaker

Ashoka Young Changemaker adalah program global yang menjaring anak muda berusia 12 hingga 20 tahun yang telah membuktikan diri lewat inisiatif sosial mereka. Program ini hadir untuk menumbuhkan semangat bahwa setiap orang bisa menjadi pengubah (changemaker).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI