Pertemuan itu bukan yang pertama bagi kedua lembaga ini. Tahun sebelumnya, GPIB pernah mengundang Hening ke Yogyakarta untuk memberi semangat kepada perempuan-pe
rempuan gereja agar peduli pada isu lingkungan. Mereka juga bekerja sama dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Muara Gembong, wilayah pesisir yang menghadapi tantangan serius akibat perubahan iklim.
Kini, perjumpaan itu melahirkan semangat baru: kolaborasi lebih erat antara Eco Bhinneka Muhammadiyah, GPIB, dan GreenFaith Indonesia. Rencana kerja bersama tengah disusun, mulai dari pengelolaan hutan dan pengembangan desa binaan, hingga transformasi rumah ibadah menjadi ruang edukasi lingkungan.
Semuanya berpijak pada satu keyakinan: bahwa iman sejati tak bisa dilepaskan dari kepedulian terhadap ciptaan Tuhan.
“Lingkungan bukan sekadar latar kehidupan,” tutup Hening. “Ia adalah bagian dari relasi spiritual kita. Jika kita mengkhianatinya, maka kita juga sedang mengkhianati iman kita sendiri.”
Dalam suasana yang sarat kekhidmatan itu, batas-batas denominasi agama seolah melebur. Yang tersisa hanyalah semangat untuk merawat bumi sebagai bentuk pengabdian spiritual. Karena bagi mereka, ekologi bukan sekadar urusan duniawi—ia adalah jalan menuju ketenangan jiwa, harmoni sosial, dan damai yang sejati.