Suara.com - Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari rekomendasi konten di media sosial, chatbot di aplikasi perbankan, hingga konsultasi pasien dan dokter. Namun di balik kemudahannya, AI memicu perubahan besar di dunia kerja hingga bidang pendidikan.
Dekan Fakultas Artificial Intelligence Universitas Pelita Harapan (FAI UPH), Dr. Rizaldi Sistiabudi, mengatakan perubahan karena AI tak bisa dihindari.
Ia juga menilai perkembangan AI akan melewati tiga tahap besar perubahan di masyarakat dan dunia kerja, yaitu Artificial Narrow Intelligence (ANI), Artificial General Intelligence (AGI), dan Artificial Super Intelligence (ASI).
1. Artificial Narrow Intelligence (ANI): AI sebagai alat bantu spesifik
Di tahap ini, AI digunakan untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik, seperti mengenali wajah, menganalisis data, atau mengatur jadwal secara otomatis. AI jenis ini sudah banyak diterapkan dalam berbagai aplikasi sehari-hari.
“Contohnya seperti rekomendasi video di TikTok, asisten virtual seperti Siri, hingga teknologi deteksi fraud pada transaksi perbankan,” ujar Rizaldi dalam seminar Exclusive Insight into UPH’s AI Program yang diikuti lebih dari 700 siswa SMA beberapa waktu lalu.
Menurut Rizaldi, AI pada tahap ini bekerja berdasarkan pola yang telah dipelajarinya. Tapi menariknya, AI tidak punya kesadaran atau pemahaman di luar tugas spesifiknya.

2. Artificial General Intelligence (AGI): AI bekerja sama dengan manusia
Tahap berikutnya ketika AI mampu memahami, belajar, dan mengadaptasi informasi layaknya manusia. Dalam fase AGI, kecerdasan buatan bisa bekerja lintas bidang bahkan bisa mendukung pengambilan keputusan kompleks bersama manusia.
Baca Juga: 6 Rekomendasi HP AI Termurah 2025, Mulai Rp1 Jutaan
“Bayangkan dokter yang dibantu AI untuk mendiagnosis penyakit berdasarkan rekam medis dan data genetik pasien. AI tidak menggantikan dokter, tapi mempercepat dan meningkatkan akurasi pengambilan keputusan,” jelasnya.
Fase AGI dianggap sebagai titik krusial karena akan mengubah cara kerja lintas sektor dari bidang keuangan, kesehatan, manufaktur, hingga pendidikan. Para ahli meyakini bahwa AGI akan meningkatkan kolaborasi antara manusia dan mesin secara optimal.
3. Artificial Super Intelligence (ASI): saat AI melampaui kemampuan manusia
ASI menjadi fase yang paling futuristik dan kontroversial. Dalam tahap ini, AI diprediksi memiliki kecerdasan yang melampaui manusia dalam segala bidang, termasuk kreativitas, pengambilan keputusan strategis, hingga emosi buatan.
“ASI bisa menjadi game changer dalam sejarah peradaban manusia,” kata Rizaldi.
Namun Rizaldi juga mengingatkan, perkembangan menuju ASI harus disertai dengan pengawasan ketat, pengaturan etika, dan pemahaman menyeluruh tentang dampaknya terhadap manusia dan lingkungan sosial.