Di sisi lain, Rizaldi menilai sebagian besar sektor industri masih berada pada tahap ANI, tren global menunjukkan bahwa peralihan ke AGI dan bahkan ASI sudah mulai dibahas secara serius di kalangan ilmuwan dan pemimpin teknologi dunia.
Inilah sebabnya, kata Rizaldi, generasi muda perlu dipersiapkan tidak hanya sebagai pengguna teknologi, tapi juga sebagai inovator dan penjaga etika AI.
Untuk menjawab ini, Universitas Pelita Harapan (UPH) meluncurkan Fakultas Artificial Intelligence (FAI) pada 5 Maret 2025 lalu untuk mempersiapkan generasi yang kompeten di bidang kecerdasan buatan.
Dengan kurikulum berstandar internasional, mahasiswa FAI UPH mempelajari berbagai topik terkini seperti Machine Learning, Computer Vision, Natural Language Processing, Deep Learning, Large Language Models, Algorithms in Generative AI, hingga Ethical AI.
Proses pembelajaran didesain berbasis praktik (Practice-Centered Learning), didukung oleh fasilitas modern seperti laboratorium AI berteknologi tinggi, layanan Cloud Computing, akses ke Digital Book and Services dari Wiley Publisher, serta sertifikasi internasional melalui platform edX.
Seluruh program diselenggarakan dalam bahasa Inggris, mempersiapkan mahasiswa untuk mampu bersaing di dunia kerja global. Ditambah, mahasiswa tidak hanya belajar soal coding dan pemrograman, tapi juga memahami peran AI dalam konteks sosial, etika, dan kemanusiaan.
“Siapa yang menguasai AI hari ini, akan memimpin masa depan. Tapi yang lebih penting, siapa yang memahami dampaknya, akan menjaga masa depan,” pungkas Rizaldi.