Kampanye lingkungan, khususnya soal pilah sampah, bukan tanpa tantangan. Isman mengaku sering mendapat cibiran ketika membagikan konten edukatif soal sampah di media sosial.
“Banyak yang bilang sok-sokan. Tapi ya nggak apa-apa. Tugas saya cuma menyampaikan. Soal sadar atau nggaknya, itu bukan saya yang tentukan,” ujarnya.
Namun, lambat laun, dampak positif mulai terlihat. Saat pertama kali bergabung dengan akun Kudus ASIK, pengikutnya di Instagram masih di bawah 10 ribu. Kini, jumlahnya sudah menembus 35 ribu.
“Itu menunjukkan bahwa makin banyak anak muda yang sadar. Sampah itu sebenarnya bisa asik kalau tahu caranya,” kata Isman.
Ia mencontohkan, sekarang semakin banyak konten kreator dan bahkan selebritas yang mulai memproduksi konten bertema lingkungan.
“Kayak Atta Halilintar, misalnya. Udah mulai juga tuh kontennya ke arah environment. Karena mereka sadar, persoalan sampah ini udah bikin semua orang nggak nyaman.”

Pilah Sampah Tak Harus Ribet
Menurut Isman, edukasi soal pemilahan sampah perlu dimulai dari yang paling sederhana dan tidak mengintimidasi. Ia kerap membagikan tips sederhana di akun Instagram-nya, seperti cara mencuci dan memilah sampah plastik habis minum kopi di luar rumah.
“Pilah sampah itu nggak harus masak, kok. Misalnya habis ngopi tapi bawa plastik atau botol, ya cuci aja, pilah aja. Gagal nggak apa-apa, yang penting mau belajar. Namanya juga proses,” katanya.
Baca Juga: SMGR Dongkrak Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya 6 Kali Lipat
Bagi Isman, perubahan tidak harus datang dari program besar atau kebijakan rumit. Ia percaya, perubahan bisa dimulai dari satu rumah, satu kebiasaan, dan satu unggahan yang menginspirasi.
Saat ini, Isman masih rutin melakukan demo memasak dan edukasi keliling soal pilah sampah. Di sela aktivitasnya, ia juga terus melakukan riset dan pengembangan agar pesan lingkungan yang ia bawa tetap relevan, aplikatif, dan—yang terpenting—menyentuh gaya hidup generasi muda.
“Sampah itu nggak harus jadi masalah. Bisa kok jadi peluang. Asal mau sedikit lebih peduli.”