Suara.com - Nasi adalah jantung dari meja makan keluarga Indonesia. Namun, apa jadinya jika kepercayaan kita terhadap beras kemasan yang dilabeli premium ternyata beras oplosan?
Baru-baru ini, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan Polri menggemparkan publik dengan mengungkap adanya praktik curang yang dilakukan oleh sejumlah produsen beras ternama di tanah air.
Menurut data, sebanyak 212 merek diduga merupakan beras oplosan dan tidak memenuhi standar mutu serta takaran.
Investigasi ini mengambil beberapa sampel beras yang beredar di berbagai wilayah, mulai dari Jabodetabek, Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Jawa.
Temuan ini bukan hanya soal kualitas, tetapi juga soal kejujuran dan hak konsumen yang dirugikan.
Mari kita bedah lebih dalam, merek beras oplosan apa saja yang perlu diwaspadai, bagaimana modus operandinya, dan yang terpenting, bagaimana kita bisa menjadi konsumen yang lebih cerdas.
Temuan Mengejutkan Beras Oplosan
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, dalam konferensi pers, membeberkan hasil investigasi yang menemukan setidaknya 212 merek beras di pasaran diduga tidak memenuhi standar.
Pelanggarannya beragam, mulai dari praktik pengoplosan, ketidaksesuaian mutu antara label dan isi, hingga takaran yang kurang dari seharusnya.
"Ini seperti menjual emas 18 karat tapi dibilang 24 karat. Padahal harganya jelas beda. Konsumen kita dirugikan hampir Rp100 triliun,” kata Amran.
Baca Juga: Soal Temuan Beras Oplosan Premium, FKBI: Mentan Harusnya Langsung Menindak, Jangan Cuma Omon-omon
Bayangkan, kemasan yang bertuliskan berat 5 kg, ternyata isinya hanya 4,5 kg.
Atau beras yang dilabeli "premium" dan dijual dengan harga tinggi, ternyata isinya adalah beras kualitas medium atau bahkan lebih rendah yang telah dicampur. Tentu ini adalah sebuah penipuan yang tidak bisa dianggap remeh.
Beras Oplosan Apa Saja yang Ditemukan?
Menurut data yang diungkap oleh Kementan dan Satgas Pangan, penyelidikan awal difokuskan pada empat produsen besar yang nama brandnya cukup terkenal tapi diduga masuk daftar merek beras oplosan.
Berdasarkan temuan tersebut, berikut adalah beberapa merek yang disebut-sebut terseret dalam kasus dugaan beras oplosan ini:
Produksi Wilmar Group:
- Sania
- Sovia
- Fortune
- Siip
Produksi PT Food Station Tjipinang Jaya:
- Alfamidi Setra Pulen
- Beras Premium Setra Ramos
- Ramos Premium
- Setra Pulen
- Food Station
- Beras Pulen Wangi
Produksi PT Belitang Panen Raya:
- Raja Platinum
- Raja Ultima
Produksi PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group):
- Ayana
PT Unifood Candi Indonesia
- Larisst
- Leezaat
PT Buyung Poetra Sembada Tbk
- Topi Koki
PT Bintang Terang Lestari Abadi
- Elephas Maximus
- Slyp Hummer
PT Subur Jaya Indotama
- Dua Koki
- Beras Subur Jaya
CV Bumi Jaya Sejati
- Raja Udang
- Kakak Adik
PT Jaya Utama Santikah
- Pandan Wangi BMW Citra
- Kepala Pandan Wangi
- Medium Pandan Wangi
Penting untuk dicatat bahwa daftar ini merupakan bagian dari temuan awal yang diumumkan Kementan. Proses penyelidikan lebih lanjut masih berjalan.
Sehingga belum ada bukti resmi merek beras kemasan di atas melakukan pelanggaran, setidaknya hingga berita ini diterbitkan.
Membongkar Modus Penipuan yang Merugikan
Praktik culas ini memiliki modus operandi yang sistematis. Para produsen nakal diduga mencampur beras kualitas medium atau bahkan beras impor program pemerintah (SPHP) yang harganya lebih murah, dengan beras lokal.
Campuran ini kemudian dikemas dalam kantong berlabel premium dan dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi, bisa selisih Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogramnya.
Praktik ini menciptakan kerugian berlapis
- Konsumen: Membayar lebih mahal untuk produk yang tidak sesuai kualitasnya.
- Petani Lokal: Harga gabah mereka bisa tertekan karena serbuan beras murah yang disalahgunakan.
- Pemerintah: Program stabilisasi harga pangan menjadi tidak efektif.
Cara Menghindari Beli Beras Oplosan
Di tengah situasi ini, menjadi konsumen yang waspada adalah kunci. Jangan hanya terpaku pada merek yang sudah dikenal.
Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa Anda terapkan saat membeli beras.
1. Perhatikan Fisik Beras
Amati butiran beras dengan saksama. Beras yang baik umumnya memiliki warna, bentuk, dan ukuran yang seragam.
Jika dalam satu kemasan terdapat banyak butir beras yang patah, warnanya kusam, atau ukurannya tidak seragam, Anda patut curiga.
2. Cermati Kemasan
Pastikan kemasan dalam kondisi baik, tidak rusak, dan mencantumkan informasi yang jelas mengenai produsen, tanggal kedaluwarsa, dan jenis beras.
3. Waspadai Harga Miring yang Tak Wajar
Jika sebuah merek beras yang dilabeli "premium" atau "kepala" dijual dengan harga yang jauh lebih murah dari pasaran, jangan langsung tergiur. Bisa jadi ini adalah salah satu indikasi kualitas yang tidak sesuai.
4. Beli dari Sumber Terpercaya
Jika memungkinkan, belilah beras langsung dari penggilingan padi lokal atau toko langganan yang sudah Anda percaya kejujurannya.
Langkah Tegas Pemerintah
Pemerintah melalui Satgas Pangan telah berkomitmen untuk menindak tegas para pelaku dan menertibkan kembali tata niaga beras nasional.
Secara resmi, Penyidik dari Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri telah mengirim surat pemanggilan kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk memberikan keterangan.
Pelaku usaha yang terbukti melanggar dapat dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dengan ancaman pidana penjara paling lama lima tahun atau denda hingga Rp2 miliar.
Bagaimana pengalaman Anda dalam memilih beras? Apakah ada salah satu daftar merk beras oplosan yang ternyata sudah terlanjur anda beli? Bagikan pendapat dan cerita Anda di kolom komentar di bawah ini!