Suara.com - Masyarakat Cirebon kini turut melayangkan protes ke isu bahwa ada wacana untuk menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang mencapai 1.000 persen.
Wali Kota Cirebon Effendi Edo sontak turun gunung untuk menepis kabar liar PBB naik 1.000 persen.
Adapun kabar ini kadung memantik amarah publik, terutama usai insiden demo Pati yang menuntut kenaikan PBB hingga 250 persen.
Effendi dalam keterangan resminya kepada wartawan di Balai Kota Cirebon pada Kamis (14/8/2025) siang menyatakan kenaikan tak mencapai 1.000 persen.
Ia sontak berjanji akan mengkaji ulang Perda Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pajak dan Retribusi agar masyarakat tak terjerumus simpang siur terkait kenaikan pajak yang mencekik.
Effendi meminta publik untuk bersabar agar tak terlalu berapi-api dalam merespon isu yang mencuat.
Respon Effendi Edo tersebut akhirnya membuat publik penasaran terhadap sosok dirinya.
Terlebih, Effendi Edo memberikan tanggapan yang berbeda dengan Bupati Pati, Sudewo yang sempat digeruduk massa karena sikapnya getol mencanangkan kenaikan PBB.
Berikut profil Effendi Edo dan perjalanan kariernya hingga bisa dilantik sebagai Walkot Cirebon.
Baca Juga: Kekayaan Effendi Edo Wali Kota Cirebon, Dituding Naikkan PBB 1.000 Persen
Effendi Edo: Adik eks Walkot Cirebon dan peraih penghargaan era Soeharto
Effendi Edo bukan orang yang sembarangan.
Baik latar belakang pribadi dan keluarganya terbilang mentereng. Usut punya usut, Effendi Edo adalah adik dari mantan Wali Kota Cirebon almarhum Ano Sutrisno.
Politisi kelahiran 25 April 1965, Cirebon, Jawa Barat ini juga punya latar belakang pendidikan cemerlang.
Ia tercatat sebagai lulusan program S1 Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) LAN Bandung.
Tak puas dengan ijazah Sarjana, ia berjuang mendapatkan gelar Magister dan mendaftar di S2 Universitas Langlangbuana Bandung.
Pendidikan Effendi Edo tak terbatas pada pendidikan formal saja, karena ia juga menempuh pendidikan di Mualim Pelayaran Intersuler Dirjen Perhubungan Laut.
Sebelum menjabat sebagai politisi, Effendi Edo berkarier sebagai seorang pegawai negeri sipil atau ASN.
Ia bahkan pernah mendapat penghargaan Satyalancana Karya Satya X Tahun dari Presiden Soeharto.
Effendi memulai kariernya sebagai PNS di Departemen Perhubungan Republik Indonesia sebagai pelaksana.
Jabatan demi jabatan strategis akhirnya diemban oleh Effendi, salah satunya adalah Kepala Seksi Keselamatan dan Lalu Lintas Bidang Transportasi Darat Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat.
Karier moncer di politik
Effendi akhirnya banting setir dan memutuskan untuk terjun ke dunia politik.
Bersama Golkar, Effendi turut melalang buana hingga mencapai kursi sebagai Wali Kota Cirebon.
Sepanjang kariernya di partai, Effendi Edo banyak mengemban jabatan bergengsi.
Berikut bebeberapa jabatan strategis yang pernah diemban Effendi Edo.
- Wakil Ketua PDK Kosgoro 1957 Provinsi Jawa Barat (2016-2021)
- Ketua PDK Kosgoro 1957 Kota Cirebon (2018-2023)
- Anggota Partai Golkar (2018-2025)
- Ketua PDK Kosgoro 1957 Kota Cirebon (2023-2028)
- Ketua DPD LPM Kota Cirebon (2023-2028)
- Ketua DPD P3JI (Perkumpulan Perusahaan Perlengkapan Jalan Indonesia Provinsi Jawa Barat) (2023-2028)
- Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai Golkar Kota Cirebon (2020-2025).
Puncak karier Effendi Edo terjadi ketika ia berhasil terpilih menjadi Wali Kota Cirebon.
Namun, perjalanannya tak instan sebab ia harus mengalami kekalahan.
Ia mencalonkan diri dalam Pemilihan umum Wali Kota Cirebon 2018.
Sayang, ia dan calon wakilnya dari PDI Perjuangan, Setiawan Budiman tak mampu membendung banjir suara ke kandidat lawan.
Effendi dan Setiawan kala itu bertanding melawan Nasrudin Azis yang memegang posisi petahana.
Tak kapok karena kalah, Effendi kembali berjuang pada Pemilihan umum Wali Kota Cirebon 2024 bersama Siti Farida Rosmawati hingga memperoleh kemenangan.
Kontributor : Armand Ilham