Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi

Farah Nabilla Suara.Com
Selasa, 19 Agustus 2025 | 10:35 WIB
Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
Pendidikan Gustika Jusuf Hatta. (Instagram/gustikajusuf)

Suara.com - Nama Gustika Jusuf Hatta, cucu proklamator Bung Hatta, kembali menjadi sorotan publik usai tampil dengan busana simbolik di perayaan HUT RI ke-80 pada 17 Agustus 2025. Bukan hanya karena gaya berpakaiannya yang penuh makna, tetapi juga karena pernyataan kerasnya yang menyebut Indonesia kini dipimpin oleh “presiden penculik dan wakil anak haram konstitusi.”

Keberanian Gustika mengkritik penguasa bukan tanpa dasar. Latar belakang pendidikannya yang kuat, baik di dalam maupun luar negeri, membuatnya dikenal sebagai sosok yang vokal dalam isu demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan sejarah Indonesia.

Di balik keberaniannya bersuara, ada fondasi akademik dan pengalaman lintas forum yang panjang. Berikut jejak pendidikan dan kiprah Gustika yang relevan untuk memahami sudut pandangnya.

Riwayat Pendidikan Gustika Jusuf Hatta

Gustika Hatta menempuh pendidikan tinggi di berbagai institusi bergengsi dunia. Ia pernah belajar selama satu tahun di Sciences Po Lyon (Institut d’Etudes Politiques de Lyon), Prancis, sebagai pengantar disiplin ilmu politik dan hubungan internasional.

Gustika Jusuf Hatta pakai kebaya hitam saat HUT RI ke-80 [Instagram]
Gustika Jusuf Hatta pakai kebaya hitam saat HUT RI ke-80 [Instagram]

Setelah itu, pada 2015, ia melanjutkan studi ke King’s College London dan meraih gelar Bachelor of Arts (Hons) War Studies. Program studi ini mengupas sejarah militer, strategi, keamanan, hingga kebijakan luar negeri, yang membentuk kerangka analitis Gustika terhadap konflik dan kekuasaan.

Selain itu, Gustika juga memperkaya wawasannya melalui kursus singkat di University of Oxford dan Sotheby’s Institute of Art, yang menambah perspektif tentang kebijakan, budaya, dan ekonomi kreatif.

Saat ini, ia tengah melanjutkan pendidikan pascasarjana di Geneva Academy of International Humanitarian Law and Human Rights untuk menempuh program Master of Advanced Studies (MAS) dengan fokus pada hukum internasional dalam konflik bersenjata.

Program eksekutif ini memang dirancang bagi para profesional yang bergerak di bidang hukum perang, HAM, dan aksi kemanusiaan.

Baca Juga: Gustika Hatta: Indonesia Kini Dipimpin Presiden Penculik dan Wakil "Anak Haram Konstitusi"

Kiprah Internasional dan Jaringan Advokasi

Sejak remaja, Gustika aktif dalam forum internasional. Pada 2012, ia terpilih sebagai delegasi muda dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Doha, Qatar. Setahun kemudian, ia menjadi intern untuk Delegasi Indonesia dalam UNESCO Youth Forum, yang memberinya pengalaman berharga di ranah pendidikan, budaya, dan sains global.

Ia juga sempat terlibat dalam forum pemuda PBB mengenai isu perempuan serta magang di misi Indonesia untuk PBB, memperluas pemahaman mengenai multilateralisme dan kerangka hak asasi manusia global.

Pengalaman Profesional

Di ranah profesional, Gustika pernah menjadi anggota Youth Advisory Panel (YAP) UNFPA Indonesia, di mana ia berkontribusi dalam perspektif kaum muda terkait agenda kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan.

Pada periode 2020–2022, ia bekerja sebagai peneliti di Imparsial, lembaga pemantau HAM di Indonesia, dengan fokus pada reformasi sektor keamanan, isu Papua, dan kekerasan politik.

Ia juga dipercaya menjadi National Youth Consultant untuk Plan International Indonesia dalam program JobStart Indonesia yang didukung Asian Development Bank, berfokus pada pemberdayaan pemuda dalam dunia kerja.

Selain itu, Gustika juga menekuni dunia media dengan menjadi podcaster dan kreator konten di jaringan Box2Box, mempopulerkan isu-isu sosial politik ke audiens muda dalam format yang lebih santai dan populer.

Apresiasi dan Beasiswa

Kiprahnya diakui secara internasional. Pada 2018, Gustika terpilih sebagai ASEAN Youth Fellow, sebuah jejaring kepemimpinan pemuda regional Asia Tenggara. Lalu pada 2022, ia menerima beasiswa penuh Nuffic Orange Knowledge

Programme untuk mengikuti pelatihan Conflict, Rule of Law, and Local Security di The Hague Academy for Local Governance, yang memperdalam kapasitasnya dalam tata kelola keamanan dan supremasi hukum.

Sebut Indonesia Dipimpin Presiden Penculik dan Wakil Anak Haram Konstitusi

Dalam unggahan Instagram pribadinya, Gustika menjelaskan alasanya berbusana kebaya hitam dan batik slobog saat menghadiri upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 di Istana Negara.

“Walau bukan Kamisan, pagi ini aku memilih kebaya hitam yang sengaja kupadukan dengan batik slobog untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia,” tulis Gustika.

Ia menegaskan, pilihan busana gelap itu merupakan ekspresi rasa syukur sekaligus duka mendalam terhadap masih banyaknya persoalan Hak Asasi Manusia di Indonesia.

“Bahkan kini kita dipimpin oleh seorang Presiden penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak haram konstitusi,” tegasnya.

Tak berhenti di situ, Gustika juga menyinggung kekerasan aparat, penulisan sejarah yang dianggap menghapus dosa penguasa, hingga tragedi di Pati yang merenggut korban jiwa.

“Jujur tidak sampai hati merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke-80 tanpa rasa iba, dengan peristiwa-peristiwa yang mengkhianati nilai kemanusiaan,” tulisnya lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI