Suara.com - Sosok Gustika Jusuf Hatta, seorang aktivis yang merupakan cucu dari salah satu Proklamator Kemerdekaan Indonesia yakni Wakil Presiden pertama Mohammad Hatta, tengah menjadi sorotan.
Berawal dari postingan di Instagram, di mana Gustika Hatta memamerkan dirinya sedang mengenakan kebaya hitam yang dipadukan dengan batik slobog untuk memeringati HUT ke-80 RI di Istana Negara.
Bukan tanpa alasan, Gustika Hatta tengah mengkritik pemerintah Indonesia sekaligus merangkul budaya warisan Jawa melalui pakaiannya itu.
Terlepas dari isi postingannya itu, kini banyak orang yang penasaran dengan Gustika Hatta. Salah satu hal yang paling banyak dicari adalah tentang sosok orang tuanya.
Gustika Hatta Keturunan Bung Hatta ke Berapa?

Gustika Jusuf Hatta memiliki nama panjang Gustika Fardani Jusuf. Ia lahir pada 19 Januari 1994. Artinya, ia sudah berusia 31 tahun.
Orang tua Gustika adalah Halida Nuriah Hatta dan Gary Rachman Makmun Jusuf. Halida merupakan anak bungsu dari Bung Hatta dengan Siti Rahmiati. Artinya, Gustika merupakan keturunan kedua dari sang Proklamator.
Diketahui, Halida Hatta memiliki dua kakak yaitu Meutia Hatta dan Gemala Hatta.
Pendidikan dan Pengalaman Profesional Gustika Jusuf Hatta
Baca Juga: Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Gustika memulai pendidikannya di bidang politik dan hubungan internasional dengan mengikuti program satu tahun di Sciences Po Lyon, Prancis, sebagai pengantar disiplin ilmu tersebut. Pengalaman ini menjadi fondasi awal dalam memahami dinamika global.
Pada tahun 2015, ia melanjutkan studi ke King’s College London dan berhasil meraih gelar Bachelor of Arts (Hons) dalam bidang War Studies.
Program itu membekalinya dengan pemahaman mendalam tentang sejarah militer, strategi pertahanan, isu keamanan, serta kebijakan luar negeri, yang turut membentuk cara pandangnya terhadap konflik dan kekuasaan.
Untuk memperluas wawasan, Gustika juga mengikuti kursus singkat di University of Oxford dan Sotheby’s Institute of Art. Kedua institusi tersebut memberinya perspektif tambahan mengenai kebijakan publik, budaya, dan ekonomi kreatif.
Saat ini, Gustika sedang menempuh pendidikan pascasarjana di Geneva Academy of International Humanitarian Law and Human Rights. Ia mengambil program Master of Advanced Studies (MAS) yang berfokus pada hukum internasional dalam konteks konflik bersenjata.
Program eksekutif tersebut dirancang khusus bagi para profesional yang berkecimpung di bidang hukum humaniter, hak asasi manusia, dan bantuan kemanusiaan.
Dalam perjalanan profesionalnya, Gustika pernah menjadi bagian dari Youth Advisory Panel (YAP) UNFPA Indonesia, di mana ia turut menyuarakan pandangan generasi muda mengenai isu kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan.
Antara tahun 2020 hingga 2022, ia berkiprah sebagai peneliti di Imparsial, sebuah lembaga independen yang fokus pada pemantauan hak asasi manusia di Indonesia. Ia mendalami topik-topik seperti reformasi sektor keamanan, konflik di Papua, serta dinamika kekerasan politik.
Gustika juga dipercaya sebagai National Youth Consultant untuk Plan International Indonesia dalam program JobStart Indonesia, yang didukung oleh Asian Development Bank. Peran ini membawanya pada upaya pemberdayaan pemuda agar lebih siap menghadapi dunia kerja.
Di luar ranah advokasi dan penelitian, Gustika aktif di dunia media sebagai podcaster dan kreator konten di jaringan Box2Box.
Melalui platform-nya, Gustika mengemas isu-isu sosial dan politik dalam format yang ringan dan mudah dicerna, menjangkau audiens muda dengan pendekatan yang lebih santai dan relevan.