Pernyataan-pernyataannya kerap menuai pro-kontra. Beberapa kelompok relawan bahkan melaporkannya ke pihak berwenang dengan tudingan penghasutan. Meski demikian, Rismon tetap konsisten menyuarakan perlunya kajian ilmiah dalam membedah isu ini.
Lahir di Dolok Ulu, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, pada 25 April 1977, Rismon menempuh pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia meraih gelar Sarjana Teknik pada 1998 dan melanjutkan Magister Teknik Elektro pada 2001.
Dalam buku Jokowi’s White Paper, Rismon berkontribusi melalui analisis digital forensik, termasuk uji spektrum warna untuk meneliti stempel pada ijazah Jokowi. Hasil kajian tersebut menjadi bagian penting dari isi buku yang memadukan pendekatan teknologi dengan kritik sosial-politik.
3. Tifauzia Tyassuma

Sosok terakhir adalah dr. Tifauzia Tyassuma atau yang lebih akrab disapa dr. Tifa. Ia merupakan dokter sekaligus pakar epidemiologi molekuler yang dikenal vokal di ruang publik. Sejak lama, dr. Tifa aktif menyampaikan kritik terhadap kebijakan kesehatan maupun isu politik melalui media sosial.
Lulusan Fakultas Kedokteran UGM ini kemudian meraih gelar Master of Science (M.Sc) di bidang kesehatan masyarakat dari kampus yang sama. Pendidikan doktoralnya ditempuh di Universitas Indonesia (UI) dengan fokus epidemiologi molekuler. Selain itu, ia sempat belajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara meski tidak selesai.
Karier profesionalnya antara lain sebagai Presiden Ahlina Institute sejak 2017 dan Executive Director di Center for Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine (CCEB) FKUI-RSCM sejak 2009. Posisi ini membuatnya dikenal luas di kalangan akademisi dan praktisi kesehatan.
Namun, namanya kini lebih sering mencuat karena pernyataan kontroversial. Misalnya, ketika ia menyebut ijazah Presiden Jokowi palsu, padahal pihak UGM maupun lembaga resmi telah menegaskan keasliannya. Ia juga pernah menyinggung dokumen lain milik Gibran Rakabuming dan melontarkan prediksi politik yang menimbulkan perdebatan.
Meski kerap menuai kecaman, dr. Tifa memiliki basis pengikut setia yang menganggapnya sebagai pejuang transparansi.
Baca Juga: Bagaimana Cara Beli Buku Jokowi's White Paper? Ada 2 Versi Beda Harganya
Demikian itu data singkat profil 3 penulis buku Jokowi’s White Paper. Terlepas dari pro dan kontra, penerbitan buku ini memperlihatkan bagaimana isu politik bisa melibatkan berbagai disiplin ilmu dan menjadi perdebatan panjang di ruang publik.
Kontributor : Mutaya Saroh