Profil 3 Penulis Buku Jokowi's White Paper: Roy Suryo, Dokter Tifa, dan Rismon Sianipar

Ruth Meliana Suara.Com
Selasa, 19 Agustus 2025 | 16:48 WIB
Profil 3 Penulis Buku Jokowi's White Paper: Roy Suryo, Dokter Tifa, dan Rismon Sianipar
buku Jokowi's White Paper (X/@DokterTifa)

Suara.com - Tiga nama menjadi sorotan publik setelah meluncurkan buku berjudul Jokowi's White Paper: Kajian Digital Forensik, Telematika, dan Neuropolitika atas Keabsahan Dokumen dan Perilaku Kekuasaan. Mereka adalah Roy Suryo, Rismon Sianipar, dan Tifauzia Tyassuma alias Dokter Tifa.

Buku setebal hampir 700 halaman ini diklaim sebagai hasil kolaborasi lintas bidang keilmuan, mulai dari telematika, teknik elektro, hingga epidemiologi molekuler. Isi buku membahas secara kritis isu keabsahan ijazah Presiden Joko Widodo, yang sejak lama menjadi polemik di ruang publik.

Peluncuran buku dilakukan pada Senin (18/8) dan dihadiri sejumlah tokoh, termasuk Refly Harun dan Tyasno Sudarto. Adapun grand launching dijadwalkan berlangsung di Jakarta pada 27 Agustus 2025, dengan cetakan perdana sebanyak 5.000 eksemplar dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Forum Diaspora Indonesia (FDI) bahkan disebut akan mendistribusikannya hingga ke 25 negara.

Siapa sebenarnya tiga penulis yang berada di balik karya kontroversial ini? Berikut profil singkat mereka.

1. Roy Suryo

Pakar Telematika, Roy Suryo. (ist)
Pakar Telematika, Roy Suryo. (ist)

Nama Roy Suryo sudah lama dikenal publik Indonesia. Ia merupakan pakar telematika yang kerap hadir di berbagai media untuk memberi pandangan mengenai isu teknologi informasi, multimedia, dan forensik digital.

Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengawali karier akademiknya dengan mengajar di Jurusan Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sejak 1994 hingga 2004.

Ia juga pernah menjadi dosen tamu di Program D3 Komunikasi UGM. Popularitasnya melonjak di awal 2000-an berkat analisis digital forensik pada sejumlah kasus besar.

Di bidang politik, Roy Suryo bergabung dengan Partai Demokrat dan terpilih menjadi anggota DPR RI pada Pemilu 2009.

Baca Juga: Bagaimana Cara Beli Buku Jokowi's White Paper? Ada 2 Versi Beda Harganya

Karier politiknya mencapai puncak ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuknya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (2013–2014). Usai masa jabatan menteri berakhir, ia kembali duduk di DPR RI dan sempat dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat.

Namun, perjalanan politiknya tak lepas dari kontroversi. Pada 2018, ia terseret kasus aset Kemenpora yang disebut belum dikembalikan, hingga akhirnya dinonaktifkan dari partai. Pada 2020, Roy resmi mengundurkan diri dari Partai Demokrat dan kembali fokus pada dunia telematika.

Roy juga beberapa kali menghadapi kasus hukum, mulai dari vonis 9 bulan penjara terkait unggahan meme stupa Borobudur pada 2022, hingga laporan polisi pada 2025 terkait isu ijazah Jokowi. Meski demikian, kapasitasnya sebagai analis digital tetap membuatnya diperhitungkan di berbagai forum.

Selain itu, Roy juga menyandang gelar kebangsawanan dari Keraton Yogyakarta dengan sebutan Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Notodiprojo.

2. Rismon Sianipar

Pakar forensik digital Rismon Sianipar. [Suara.com/Ari Welianto]
Pakar forensik digital Rismon Sianipar. [Suara.com/Ari Welianto]

Nama Rismon Hasiholan Sianipar mencuat ke publik setelah aktif mengunggah pandangan kritis mengenai keaslian ijazah Presiden Jokowi di media sosial. Akun X (Twitter) miliknya, @SianiparRismon, menjadi kanal utama dalam menyuarakan dugaan ketidaksesuaian dokumen akademik hingga menyinggung nama sejumlah tokoh kampus.

Pernyataan-pernyataannya kerap menuai pro-kontra. Beberapa kelompok relawan bahkan melaporkannya ke pihak berwenang dengan tudingan penghasutan. Meski demikian, Rismon tetap konsisten menyuarakan perlunya kajian ilmiah dalam membedah isu ini.

Lahir di Dolok Ulu, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, pada 25 April 1977, Rismon menempuh pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia meraih gelar Sarjana Teknik pada 1998 dan melanjutkan Magister Teknik Elektro pada 2001.

Dalam buku Jokowi’s White Paper, Rismon berkontribusi melalui analisis digital forensik, termasuk uji spektrum warna untuk meneliti stempel pada ijazah Jokowi. Hasil kajian tersebut menjadi bagian penting dari isi buku yang memadukan pendekatan teknologi dengan kritik sosial-politik.

3. Tifauzia Tyassuma

Dokter Tifa bicara soal penyakit Jokowi (YouTube)
Dokter Tifa bicara soal penyakit Jokowi (YouTube)

Sosok terakhir adalah dr. Tifauzia Tyassuma atau yang lebih akrab disapa dr. Tifa. Ia merupakan dokter sekaligus pakar epidemiologi molekuler yang dikenal vokal di ruang publik. Sejak lama, dr. Tifa aktif menyampaikan kritik terhadap kebijakan kesehatan maupun isu politik melalui media sosial.

Lulusan Fakultas Kedokteran UGM ini kemudian meraih gelar Master of Science (M.Sc) di bidang kesehatan masyarakat dari kampus yang sama. Pendidikan doktoralnya ditempuh di Universitas Indonesia (UI) dengan fokus epidemiologi molekuler. Selain itu, ia sempat belajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara meski tidak selesai.

Karier profesionalnya antara lain sebagai Presiden Ahlina Institute sejak 2017 dan Executive Director di Center for Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine (CCEB) FKUI-RSCM sejak 2009. Posisi ini membuatnya dikenal luas di kalangan akademisi dan praktisi kesehatan.

Namun, namanya kini lebih sering mencuat karena pernyataan kontroversial. Misalnya, ketika ia menyebut ijazah Presiden Jokowi palsu, padahal pihak UGM maupun lembaga resmi telah menegaskan keasliannya. Ia juga pernah menyinggung dokumen lain milik Gibran Rakabuming dan melontarkan prediksi politik yang menimbulkan perdebatan.

Meski kerap menuai kecaman, dr. Tifa memiliki basis pengikut setia yang menganggapnya sebagai pejuang transparansi. 

Demikian itu data singkat profil 3 penulis buku Jokowi’s White Paper. Terlepas dari pro dan kontra, penerbitan buku ini memperlihatkan bagaimana isu politik bisa melibatkan berbagai disiplin ilmu dan menjadi perdebatan panjang di ruang publik.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI