Kolaborasi tiga penulis ini membuat buku tersebut tidak hanya berisi opini, tetapi juga mengklaim menyajikan data ilmiah.
Dengan memadukan metode digital forensik, analisis dokumen, serta teori neurosains politik, buku ini mencoba memberikan gambaran menyeluruh mengenai validitas dokumen akademik seorang presiden.
"Penelitian kami sudah tuntas, penulisannya sudah selesai. Kami putuskan untuk menerbitkannya sebagai buku, jurnal ilmia, supaya bisa dibaca lebih lus dan tidak hanya kalangan akademis," ujar Tifauzia melalui akun X @DokterTifa.
Cara Beli Buku Jokowi's White Paper

Bagi Anda yang ingin membeli buku ini, ada beberapa cara yang bisa ditempuh. Pertama, buku ini dijual melalui distributor resmi di Indonesia, baik secara offline maupun online.
Sejumlah toko buku independen dan kanal penjualan daring sudah mulai membuka pemesanan sejak buku diluncurkan.
Yang membuat Jokowi’s White Paper unik adalah fakta bahwa buku ini juga dipasarkan secara global. Penulis dan penerbit berencana mendistribusikannya ke 25 negara sehingga pembaca internasional juga dapat mengakses isi buku ini.
Salah satu jalur distribusi yang cukup menarik perhatian adalah Amazon. Perlu Anda ketahui, versi yang tersedia di Amazon adalah English version sehingga cocok bagi pembaca luar negeri yang ingin tahu kiprah Jokowi dari sudut pandang lain.
Sinopsis Buku Jokowi's White Paper
Baca Juga: Roy Suryo Lulusan Mana? Bikin Buku 'Jokowi's White Papers' yang Kontroversial
Isi utama Jokowi’s White Paper berfokus pada analisis mengenai keabsahan dokumen akademik Presiden Joko Widodo.
Buku ini diawali dengan kronologi perdebatan mengenai indeks prestasi (IP) Jokowi yang pernah disinggung oleh Prof. Mahfud MD. Dari titik itulah penulis kemudian menelusuri lebih jauh dokumen-dokumen akademik terkait.
Metode yang digunakan cukup beragam, mulai dari forensik digital, seperti pemeriksaan ELA, watermark, komposisi RGB/CMYK, hingga posisi tanda tangan untuk membandingkan ijazah Jokowi dengan milik alumni Universitas Gadjah Mada lainnya.
Selain itu, Dr. Tifa menambahkan analisis neuropolitika, yakni kajian perilaku politik berbasis ilmu saraf, guna memahami pola pengambilan keputusan Jokowi selama berkuasa.
Kesimpulan yang ditulis dalam buku ini cukup mengejutkan. Penulis menyebutkan bahwa "skripsi Jokowi 99,9 persen palsu sehingga tidak mungkin menghasilkan ijazah asli". Pernyataan ini tentu memicu kontroversi karena menyentuh aspek integritas seorang kepala negara.
Tak hanya itu, buku ini mencoba mengaitkan temuan tersebut dengan perilaku politik Jokowi selama menjabat sehingga memberikan dimensi baru dalam memahami dinamika kekuasaan di Indonesia.