Suara.com - Hubungan politik antara Presiden terpilih Prabowo Subianto dan pendahulunya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), tak henti menjadi sorotan.
Namun, siapa sangka, di luar dinamika politik, keduanya ternyata memiliki kesamaan mendasar yang jarang diketahui publik: weton kelahiran mereka sama, yaitu Rabu Pon.
Dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa, weton atau hari kelahiran berdasarkan kalender Jawa memegang peranan penting dalam menentukan karakter, nasib, hingga kecocokan hubungan.
Kesamaan weton antara dua tokoh paling berpengaruh di Indonesia ini pun memunculkan berbagai tafsir, dari sinyal kemesraan abadi hingga potensi retaknya hubungan di masa depan.
Membedah Karakter Weton Rabu Pon
Menurut kitab Primbon Jawa, weton Rabu Pon memiliki jumlah neptu yang cukup besar, yaitu 14.
Angka ini merupakan hasil penjumlahan dari nilai hari Rabu (7) dan nilai pasaran Pon (7). Orang yang lahir pada weton ini digambarkan memiliki watak "Lakuning Rembulan" atau berperilaku layaknya bulan.
Artinya, mereka memiliki kemampuan untuk menerangi dan menenangkan hati orang-orang di sekitarnya.
Sosok Rabu Pon dikenal sebagai pribadi yang sopan, santun, pandai beradaptasi, dan memiliki wawasan luas, yang membuat mereka disukai banyak orang.
Baca Juga: Kenali 7 Keistimewaan Selasa Legi, Weton dengan Watak Api dan Hati Mulia
Kecerdasan dan ketenangan mereka dalam menghadapi masalah menjadikan mereka pemimpin yang dihormati. Namun, di balik sifat positifnya, Rabu Pon juga memiliki sisi lain seperti kecenderungan untuk suka dipuji, sedikit pemalas, dan terkadang posesif.
Kekuatan Bersama atau 'Matahari Kembar'?
Dengan kesamaan weton ini, Prabowo dan Jokowi diyakini memiliki frekuensi dan cara berpikir yang serupa, yang dapat memperkuat hubungan dan kerja sama di antara mereka.
Hal ini terlihat dari kekompakan yang sering mereka tunjukkan ke publik, terutama selama periode kampanye hingga transisi pemerintahan.
Namun, di sinilah letak keunikannya. Dalam pandangan spiritual Jawa, dua kekuatan besar dengan weton yang sama kuat bisa memicu fenomena "Matahari Kembar".
Konsep ini menggambarkan situasi di mana ada dua pemimpin dominan dalam satu lingkaran kekuasaan.
Prabowo pernah menyebut bahwa Jokowi adalah gurunya, bahkan menyebut dengan bantuan Jokowi dirinya menjadi Presiden.
Maka dampak dari pengakuan Prabowo tersebut, memberi peluang Jokowi untuk berkiprah lebih jauh, sehingga kemudian muncul anggapan Matahari Kembar.
Potensi konflik ini muncul karena karakter dominan yang sama-sama dimiliki oleh orang dengan weton Rabu Pon.
Keduanya mungkin memiliki keinginan yang sama untuk mengendalikan situasi, yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan gesekan atau persaingan internal.
Kesamaan neptu 14 ini seringkali dikaitkan dengan adanya persaingan ketika dua individu bertemu dalam satu ranah yang sama.
Tantangan seperti sulitnya mencapai kesepakatan atau persaingan pengaruh bisa menjadi sumber konflik di kemudian hari.
Apakah kesamaan weton ini akan menjadi perekat abadi atau justru pemicu persaingan senyap, hanya waktu yang akan menjawabnya.