Suara.com - Dalam beberapa waktu terakhir, media sosial dan pemberitaan ramai menyoroti berbagai aksi demonstrasi yang berlangsung di sejumlah kota besar di Indonesia.
Demo memang merupakan salah satu wujud kebebasan berpendapat yang dijamin konstitusi. Banyak masyarakat turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka secara damai, dengan harapan didengar oleh pihak berwenang.
Namun, di balik semangat menyuarakan keadilan tersebut, sering kali muncul oknum-oknum tertentu yang justru menunggangi jalannya aksi. Mereka bukan datang untuk menyampaikan pendapat, melainkan untuk membuat kericuhan.
Kehadiran oknum anarkis ini bisa mengubah suasana kondusif menjadi kacau, bahkan berujung pada bentrokan. Fenomena ini sempat viral, salah satunya melalui video di Instagram yang menampilkan bagaimana oknum tertentu dengan sengaja memicu provokasi di tengah massa.
Bagi peserta aksi maupun masyarakat umum, memahami ciri oknum anarkis yang patut diwaspadai saat demo sangatlah penting. Dengan begitu, kita dapat tetap menjaga diri, melindungi sesama, serta memastikan aspirasi tidak tercoreng oleh tindakan segelintir pihak.
Ciri-Ciri Oknum Anarkis
![Massa aksi bentrok dengan personel kepolisian di kawasan Senayan saat menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (28/8/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/28/60585-demo-di-dpr-demo-di-dpr-ricuh-ricuh-demo-dpr.jpg)
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang bisa Anda kenali.
1. Tidak Jelas Identitas dan Afiliasinya
Oknum anarkis biasanya tidak memiliki keterikatan resmi dengan kelompok atau organisasi tertentu yang menggelar aksi. Mereka muncul secara tiba-tiba, bahkan terkadang berpura-pura sebagai peserta. Sering kali mereka enggan menyebutkan identitas, menutupi wajah dengan masker, topi, atau atribut lainnya. Tujuannya jelas, yaitu agar tidak mudah dikenali ketika terjadi kericuhan.
2. Memprovokasi dengan Kata-Kata Kasar
Baca Juga: Driver Ojol Keluhkan Orderan Sepi Imbas Banyak Kantor WFH: dari Subuh Baru Dapat Satu
Salah satu ciri yang paling mudah dikenali adalah sikap provokatif. Oknum ini sering berteriak dengan kata-kata kasar, menghasut massa untuk bertindak di luar tujuan damai. Kalimat seperti “jangan takut,” “hancurkan saja,” atau seruan bernada agresif biasanya dilontarkan untuk memancing emosi peserta lain.
3. Membawa Benda Mencurigakan
Dalam beberapa kasus, oknum anarkis kedapatan membawa benda berbahaya seperti batu, kayu, botol kaca, hingga benda tajam. Perlengkapan semacam ini jelas bukan untuk menyampaikan aspirasi, melainkan untuk menciptakan kerusuhan. Jika Anda melihat seseorang membawa barang-barang mencurigakan dalam demo, besar kemungkinan ia adalah provokator.
4. Memulai Tindakan Perusakan
Kericuhan biasanya dimulai dengan aksi kecil, seperti melempar batu ke arah fasilitas umum atau mencoret-coret dinding. Oknum anarkis kerap menjadi pihak pertama yang memulai tindakan ini. Setelah itu, mereka berharap peserta lain ikut terbawa emosi. Tindakan perusakan bukan hanya melanggar hukum, tapi juga merusak citra demo damai.
5. Berusaha Memisahkan Massa dari Koordinator Aksi
Setiap demonstrasi yang sah biasanya dipimpin oleh koordinator lapangan. Namun, oknum anarkis sering kali berusaha memecah konsentrasi massa dengan mengalihkan perhatian dari arahan koordinator. Mereka ingin massa mengikuti provokasi, bukan instruksi resmi. Jika Anda menemukan sekelompok orang yang mengajak menjauh dari kerumunan utama tanpa alasan jelas, patut diwaspadai.
6. Bergerak dalam Kelompok Kecil dan Terorganisir
Meskipun terlihat acak, oknum anarkis umumnya tidak sendirian. Mereka bergerak dalam kelompok kecil yang sudah terorganisir. Mereka saling memberi kode dengan isyarat tangan atau teriakan tertentu. Strategi ini digunakan untuk memicu kerusuhan secara serentak di beberapa titik sekaligus, sehingga situasi menjadi sulit dikendalikan.
7. Menghilang Saat Situasi Memanas
Ciri terakhir yang sering terjadi adalah menghilangnya oknum anarkis setelah suasana menjadi kacau. Begitu bentrokan pecah antara peserta aksi dengan aparat, oknum tersebut biasanya menyelinap pergi. Mereka meninggalkan kerumunan agar tidak tertangkap, sementara peserta lain yang tidak tahu menahu bisa terjebak dalam kericuhan.
Dampak Kehadiran Oknum Anarkis
Kehadiran oknum anarkis jelas merugikan banyak pihak. Aspirasi yang seharusnya disampaikan secara damai menjadi tercoreng. Masyarakat luas justru melihat demo sebagai tindakan merusak, bukan memperjuangkan kebenaran. Selain itu, kerusuhan bisa menyebabkan kerugian materi, luka-luka, hingga korban jiwa.
Tips Menghindari Dampak Negatif Saat Ikut Demo
Agar tetap aman dan terhindar dari provokasi, berikut beberapa langkah sederhana:
- Ikuti arahan koordinator lapangan dan jangan terpisah dari kelompok utama.
- Hindari interaksi dengan orang asing yang terkesan memprovokasi.
- Jangan membawa benda berbahaya atau mencurigakan.
- Fokus pada tujuan utama aksi, bukan emosi sesaat.
- Jika situasi mulai kacau, segera menjauh ke tempat yang aman.
Demonstrasi adalah bagian penting dari demokrasi, tetapi harus dilakukan secara damai dan bertanggung jawab. Menyadari ciri oknum anarkis yang patut diwaspadai saat demo akan membantu kita menjaga diri serta melindungi nilai perjuangan bersama. Jangan sampai aspirasi tulus yang ingin disampaikan justru hilang karena ulah segelintir provokator.
Dengan tetap waspada dan berpegang pada prinsip damai, kita bisa memastikan bahwa suara rakyat tersampaikan tanpa harus meninggalkan jejak kerusakan.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama