- Tagar #ResetIndonesia ramai digaungkan oleh artis dan netizen di media sosial.
- Ada makna tersembunyi terkait tagar Reset Indonesia yang heboh di media sosial.
- Tagar ini juga didukung adanya daftar 17+8 tuntutan rakyat yang menyuarakan perbaikan.
Suara.com - Media sosial mendadak heboh disebabkan oleh gencarnya tagar Reset Indonesia, yang mana awal mulanya digaungkan musisi Tanah Air hingga seluruh netizen saat ini turut aktif menyuarakan hal tersebut.
Aksi tersebut seolah sejalan dengan kondisi bangsa sekarang yang masih diwarnai gelombang protes terhadap kebijakan maupun sistem pemerintah. Karena adanya kecenderungan merugikan rakyat kecil.
Rasa resah maupun kekhawatiran masyarakat terhadap situasi yang tengah terjadi seperti sekarang ini menimbulkan munculnya tagar #ResetIndonesia, sebenarnya apa arti dari hashtag itu?
Pembahasan lebih lanjut akan diberikan rincian sebab utama kemunculan ResetIndonesia dan maknanya.
Sebab dan Makna Hashtag Reset Indonesia
Ada sebab sekaligus makna tersembunyi terkait tagar Reset Indonesia yang heboh di media sosial, hingga diramaikan oleh mulai musisi, artis, influencer dan seluruh netizen Indonesia.
Ketidakadilan
Hal pertama sebagai penyebab munculnya tagar tersebut karena adanya ketidakadilan terkait kebijakan-kebijakan yang dilontarkan pemerintah.
Contohnya saja berkaitan dengan adanya keresahan publik mengenai kebijakan DPR tentang tunjangan rumah Rp50 juta per bulan sebagai pengganti rumah dinas, kenaikan gaji anggota DPR, pajak dan lain-lain.
Baca Juga: Brave Pink dan Hero Green: Warna Perlawanan dan Simbol Tuntutan Rakyat 17+8
Selain itu, istilah reset ditujukan pada DPR, MPR, Polri, Kejaksaan, Mahkamah Konstitusi dan lembaga lainnya. Bahkan, bukan sekadar ditujukan untuk itu saja. Melainkan sebagai wujud simbol perlawanan masyarakat terhadap ketidakadilan yang terjadi.
Tagar #ResetIndonesia tidak lain merupakan tuntutan pada pemerintah untuk mengatur ulang segala kebijakan yang ada, agar lebih berpihak rakyat serta simbol solidaritas supaya masa depan Indonesia jadi lebih baik lagi.
Tuntutan rakyat
Tagar ini juga didukung adanya daftar 17+8 tuntutan rakyat yang menyuarakan perbaikan, perubahan sampai reformasi dalam berbagai aspek pemerintahan.
Hashtag tersebut mengandung template 17+8 Tuntutan Rakyat (pink) Transparansi, Reformasi, Empati (Hijau) yang mana menjadi pemicu untuk pengaturan kembali (reset) pada banyak lembaga di Indonesia, supaya berperan sebagaimana mestinya tanpa mengorbankan rakyat.
Para aktivis serta publik figur merangkum tuntutan yang telah tersebar pada ruang publik dalam sebuah konten utuh, lalu mereka memberi judul 17+8 tuntutan rakyat. Transparansi, Reformasi, Empati.
Kalau semua tuntutan itu dijumlahkan maka ada 25 poin penting yang nantinya akan disampaikan pada Pemerintah maupun DPR.
Arti Warna yang Melambangkan Solidaritas
Tulisan dengan tagar Reset Indonesia bukan sekadar rangkaian huruf saja, melainkan ada desain visual yang terselip makna misterius di dalamnya.
Warna hijau menunjukkan 'Hero Green', mewakili pengemudi ojek daring Affan Kurniawan yang meninggal dilindas mobil rantis Brimob.
Warna tersebut identik dengan jaket yang dikenakan oleh setiap pengemudi ojek online, menunjukkan sisi solid dalam memperjuangkan keresahan mereka.
Sementara itu, warna pink 'Brave Pink' berhubungan dengan sosok perempuan bernama ibu Ana, yang menjadi garda terdepan ketika aksi demonstrasi.
Pada akhirnya, tagar itu bukanlah sekedar tulisan semata. Tapi mengandung makna penting untuk berjuang mewujudkan kesejahteraan, keadilan serta perbaikan bangsa Indonesia kearah yang lebih baik lagi kini dan nanti.
Ada hal mendasar sebaiknya selalu diperhatikan oleh mereka yang berwenang terkait tagar ini, mulai dari pembaharuan struktur pemerintahan secara mendasar, pemerintah dan DPR harus selalu transparan serta mau melakukan reformasi. Selanjutnya, pemerintah harus lebih empati terhadap rakyat.
Dengan begitu, negara Indonesia tercinta ini semakin aman, tentram, damai dan sejahtera. Rakyat akan merasakan serta mendapatkan keadilan yang semestinya.
Kontributor : Damayanti Kahyangan