Di usia tersebut, Ferry Irwandi sudah memahami dasar-dasar komputer meski mengaku tidak terlalu tertarik.
"Jadi kayak orang di usia gua itu pasti enggak tahu WS, Lotus Star, Windows 311," terang Ferry.
"Enggak tertarik, cuma diajari bisa, ya udah. Maksud gua, gua enggak yang invest di situ juga atau involve di situ juga," tambahnya.
Meski begitu, didikan ayahnya membuat Ferry Irwandi terbiasa berpikir dengan pertimbangan jangka pendek sekaligus jangka panjang.
"Jadi kayak gua itu orang yang mempersiapkan semuanya itu dalam basis jangka pendek dan jangka panjang gitu," ucap Ferry.
"Jadi konstruksi berpikir itu dibangun dari kecil. Jadi karena Bapak orang Minang, dosen hukum juga dilatih terus," tandasnya.
Ferry Irwandi juga sempat menyinggung soal kecerdasannya sejak kecil. Ia menyebut memiliki IQ tinggi saat masih SD.
"Terakhir SD itu 145 Bang. Ya biasa, biasa banyak yang lebih tinggi," ujarnya.
"Enggak, itu 145 apa? Jenius ya," sahut Denny Sumargo.
Baca Juga: Ferry Irwandi S3 di Mana? Vokal Kritik Pemerintah, Ternyata Kuliah di Kampus Bergengsi Dunia
Ferry Irwandi pun melanjutkan ceritanya bahwa ia pernah masuk koran karena menjadi teknisi internet saat umur 6 tahun.
"Gua punya background story nih. Jadi di SD itu gua masuk koran, Bang. Umur 6 tahun, kelas 1 SD itu gua sudah masang jaringan komputer di Jambi dan bukan cuma komputer tapi internet," katanya.
"Jadi salah satunya ada waktu itu hotel di Jambi. Gua sama om gua jalan. Terus yang dikira teknisi om gua, ternyata gua," kenangnya.
Seiring perjalanan hidupnya, Ferry Irwandi merasa bahwa privilese itu juga hadir dalam cara orang tuanya mendidik.
"Benar-benar di umur, itu tahun 2001, yang dijelasin ke gua itu masalah elektoral college-nya di US, soal Angor sama George W Bush," ungkapnya.
Menurut Ferry Irwandi, pola asuh ayahnya membentuk karakter tangguh. Ia sejak kecil diajarkan untuk bertanggung jawab.