- Sosok Ferry Irwandi tengah menyita perhatian publik.
- Ia diketahui memiliki kecerdasan intelektual di atas rata-rata.
- Lantas, berapa IQ norma manusia?
Suara.com - Ferry Irwandi tengah menjadi sorotan. Hal ini tak lepas dari kevokalannya di tengah aksi demonstrasi yang berlangsung sejak beberapa hari terakhir.
Selain itu, penampilannya dalam acara yang dipandu Aiman Witjaksono juga semakin menarik perhatian publik terhadap Ferry Irwandi.
Dengan kemampuan akademis dan pemikiran kritisnya, sosok di balik Malaka Project ini diketahui memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata.
Dalam konten YouTube Denny Sumargo, Ferry Irwandi secara blak-blakan mengaku memiliki IQ 145 sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
"Terakhir SD itu 145. Biasa, banyak yang lebih tinggi," kata Ferry dikutip dari video kanal YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo pada Kamis, 4 September 2025.
"Jadi di SD itu gua masuk koran bang, umur 6 tahun kelas 1 SD itu gua udah masang jaringan komputer di Jambi. Dan bukan cuma komputer, tapi internet," sambungnya.
Pengakuan tersebut membuat publik penasaran. Jika Ferry Irwandi memiliki IQ 145, sebenarnya berapa standar IQ normal manusia?
![Influencer Ferry Irwandi berorasi saat aksi yang berlangsung di depan Gedung DPR Jakarta, Senin (1/9/2025). [Suara.com/Faqih]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/01/85270-influencer-ferry-irwandi.jpg)
Berapa IQ Normal Manusia?
Mengutip laman RS Soeradji Tirtonegoro, Intelligence Quotient (IQ) merupakan ukuran kecerdasan intelektual seseorang.
IQ mencakup ukuran kecerdasan intelektual seseorang, termasuk kemampuan berpikir logis, menganalisis, dan memecahkan masalah.
Baca Juga: Ikut Rusuh Bukan Perusuh: Perbedaan Absurd yang Jadi Sorotan Publik
Selain itu, IQ juga berkaitan dengan kemampuan komunikasi, cara merespons situasi, serta daya serap terhadap materi numerik, seperti matematika.
Secara umum, skala IQ terbagi dalam beberapa kategori, yaitu Genius (≥160), Sangat Cerdas (140–159), Cerdas (120–139), Di Atas Rata-Rata (110–119), Rata-Rata (90–109), Di Bawah Rata-Rata (80–89), dan Borderline (70–79).
Konsep pengukuran IQ sudah dikenal sejak akhir abad ke-19. Gagasan ini pertama kali muncul sekitar tahun 1890-an oleh Francis Galton.
Galton terinspirasi dari teori sepupunya mengenai survival individu dalam suatu spesies. Teori tersebut menekankan bahwa sifat-sifat unggul dapat diwariskan dari orang tua kepada keturunannya.
Dari dasar pemikiran itu, Galton kemudian menyusun sebuah tes sederhana. Tes tersebut bertujuan mengukur intelegensi manusia melalui aspek kegesitan tubuh dan refleks otot.
Memasuki awal abad ke-20, Alfred Binet, seorang psikolog asal Prancis, melakukan pengembangan lebih lanjut tentang tes tersebut.