“Untuk menggoreng empat camilan butuh waktu sekitar 10–25 menit dengan suhu sekitar 200–230 derajat Celsius. Paling lama proses memasaknya keripik tempe, bisa sampai 30 menit, sementara ubi, risol dan molen, sekitar 10–20 menit,” jelasnya.
Meski demikian, proses memasak ini bukan tanpa tantangan. Untuk mendapatkan tekstur, rasa dan kematangan yang pas membutuhkan waktu serta inovasi terus-menerus.
“Tantangan dari gorengan tanpa minyak ini memang di proses memasaknya untuk mendapatkan tingkat kematangan yang pas,” ujar Nur Patria.
Tiga Pilar: Pilihan Lebih Sehat, Enak, dan Terjangkau
Untuk itulah Tim Gorangin terus melakukan improvisasi dengan mengusung tiga prinsip utama: pilihan lebih sehat, rasa yang enak dan merakyat, dan harga terjangkau. Inilah tantangan utama dalam menciptakan camilan baru yang relevan dan kompetitif di tengah masyarakat yang sudah sangat terbiasa dengan rasa khas dari gorengan tradisional.
“Opsi gorengan tanpa minyak ini tetap harus memegang tiga kunci: tidak hanya sebagai pilihan lebih sehat, tetapi juga enak dan terjangkau. Kita bahkan tidak terlalu membangun citra ‘sehat’ secara eksplisit dalam branding-nya, karena persepsi tentang makanan sehat itu bisa sangat subjektif. Namun dari sisi rasa dan harga, kami benar-benar mengaturnya agar bisa diterima,” ujarnya menegaskan.
Empat Varian Camilan: Molen, Risol, Keripik Tempe dan Ubi
Sebelum meluncurkan produk ke pasar, tim Gorangin melakukan riset dan uji coba terhadap berbagai jenis gorengan tradisional. Salah satu tantangan utama adalah proses memasak menggunakan air fryer yang menghasilkan tekstur berbeda dari metode menggoreng biasa. Akhirnya, dipilihlah empat varian awal yang mampu bertahan dalam uji cita rasa dan tekstur: molen (molennyaman), risol dengan isian wortel dan kentang (risol sama sisi), keripik tempe (Tempetizer), dan bola ubi (Ubi-ubi Manja).
“Di awal, sebenarnya kami memiliki daftar panjang gorengan. Tapi karena metode memasaknya dengan air fryer, kami harus memilih mana yang paling mendekati rasa aslinya. Kami tidak ingin terlalu banyak mengubah rasa, karena itu penting untuk menjaga keterikatan konsumen,” ujarnya.
Baca Juga: Rumah Sakit Ini Didenda Rp610 Juta Imbas Kertas Rekam Medis Pasien Jadi Bungkus Gorengan
Khusus untuk produk berbahan tempe, tim Gorangin mengaku menghadapi tantangan unik saat memilih beberapa camilan berbasis tempe untuk dijadikan produknya.
Mendoan misalnya, salah satu gorengan tempe paling popular ini, kata anggota tim Gorangin lainnya, ternyata tidak cocok diproses dengan air fryer karena perubahan rasa yang drastis. Oleh karena itu, dipilihlah varian keripik tempe (tempe chips) —yang diiris tipis dan dibumbui dengan rempah-rempah khas untuk mempertahankan rasa gurih yang disukai masyarakat.
“Tempe punya banyak potensi sebagai camilan. Tapi saat kami coba masak mendoan dengan air fryer, hasilnya terjadi perubahan drastis pada rasanya. Makanya kami beralih ke keripik tempe yang kami beri nama Tempetizer. Karena meskipun ada perubahan tekstur, rasanya tetap enak dan bisa diterima,” imbuhnya.
Lantas, apa pendapat Cherlie Andriani, Food Influencer yang sempat mencicipi camilan tanpa minyak tersebut? Ia menilai secara keseluruhan Gorangin berhasil menghadirkan sensasi makan gorengan yang lebih sehat tanpa mengorbankan rasa.
“Solusi banget buat yang suka gorengan tapi nggak mau merasa terlalu bersalah,” kata Cherlie.
Tempetizer misalnya, rasanya renyah, mirip seperti tempe chips pada umumnya. Begitu juga dengan molennya. Meski agak beda dari molen yang digoreng dengan minyak, teksturnya, kata Cherlie, tetap renyah dan lembut.