Titik balik terjadi dua tahun lalu ketika aliansi kelompok bersenjata di Myanmar melancarkan serangan besar. Mereka berhasil mengusir militer Myanmar dari sebagian Shan State dan menguasai Laukkaing. Diduga, operasi ini mendapat restu dari Beijing.
Akibat tekanan itu, Ming Xuechang, sang patriark keluarga, dilaporkan bunuh diri. Sementara anggota keluarga lainnya ditangkap dan diserahkan ke otoritas China. Ribuan pekerja scam juga akhirnya dipulangkan ke negara asal, termasuk ke China.
Pesan Keras dari Beijing
Dengan menjatuhkan vonis mati pada 11 orang dan hukuman berat bagi puluhan lainnya, China ingin menunjukkan komitmen keras memberantas kejahatan lintas negara. Langkah ini sekaligus menjadi peringatan bagi jaringan mafia serupa yang masih beroperasi di Asia Tenggara, khususnya di Kamboja dan Myanmar.
Meskipun jaringan Ming telah tumbang, laporan menunjukkan bisnis serupa kini berpindah lokasi. Scam centre masih tumbuh di Myanmar dan Kamboja, beradaptasi dengan tekanan aparat.
Kasus keluarga Ming ini menyoroti betapa berbahayanya sindikat mafia modern yang memanfaatkan judi dan scam online.
Dengan kerugian mencapai miliaran dolar dan korban manusia yang tak terhitung, fenomena ini tidak hanya menjadi masalah hukum, tetapi juga kemanusiaan.
Vonis mati bagi 11 anggota keluarga Ming adalah sinyal bahwa pemerintah China tidak akan memberi ruang bagi mafia lintas negara.
Namun, selama masih ada permintaan besar untuk judi online dan celah hukum di kawasan Asia Tenggara, ancaman sindikat seperti ini belum sepenuhnya berakhir. Bagaimana menurut pendapat Anda?
Baca Juga: Aksi Culas Bos Pangkalan Elpiji Terbongkar, Oplos Tabung Gas hingga Raup Rp70 Juta Saban Bulan
Kontributor : Rishna Maulina Pratama