- Sampah dan limbah tekstil yang kian meningkat menuntut perubahan gaya hidup menuju ekonomi sirkular yang lebih berkelanjutan.
- Kesadaran akan pentingnya daur ulang dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci terciptanya gaya hidup ramah lingkungan.
- Semangat itu dihadirkan lewat Langkah Membumi Ecoground 2025 pada 8–9 November mendatang, festival yang memadukan wellness, inovasi hijau, dan aksi nyata untuk bumi.
Suara.com - Sampah rumah tangga dan polusi udara kini menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidkungan dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan, lebih dari 60% sampah berasal dari konsumsi individu dan rumah tangga, termasuk 15% plastik dan 12% kertas.
Dampaknya pun nyata: kualitas udara terganggu dan kebersihan lingkungan kerap menjadi masalah sehari-hari.
Selain itu, industri tekstil juga menghadapi tantangan serius. Pada 2019, Indonesia menghasilkan sekitar 2,3 juta ton limbah tekstil, namun hanya 12% yang berhasil didaur ulang.
Tanpa intervensi berarti, limbah ini diprediksi melonjak hingga 3,9 juta ton pada 2030—setara berat 386 Menara Eiffel. Kondisi ini menegaskan perlunya perubahan gaya hidup, terutama kebiasaan konsumsi dan pengelolaan limbah.
Salah satu pendekatan yang kian banyak diterapkan adalah ekonomi sirkular, yaitu praktik memaksimalkan penggunaan ulang barang dan bahan sehingga limbah bisa menjadi sumber daya baru.
Contohnya, limbah tekstil dapat diubah menjadi produk upcycle atau bahan kerajinan, sehingga mendorong inovasi bisnis sekaligus mengurangi tekanan terhadap lingkungan.
Menurut Ignacia Chiara Irawan, Head of ESG Blibli, transisi menuju ekonomi sirkular membutuhkan kesadaran kolektif dan kolaborasi lintas sektor.
“Perubahan gaya hidup dan kebiasaan konsumsi hanya bisa tercapai melalui edukasi, kesadaran masyarakat, dan kolaborasi berbagai pihak. Dampak dari setiap aksi bisa diukur dan memberi manfaat nyata bagi generasi muda dan lingkungan,” ujarnya.
Gaya hidup ramah lingkungan dapat dimulai dari langkah sederhana: memilah dan mengurangi sampah rumah tangga, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, hingga memilih produk yang lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: Dari Posyandu Hingga Maggot: Kisah Inspiratif Gerakan Masyarakat Ciptakan Lingkungan Sehat
Selain berdampak pada bumi, kebiasaan ini juga membuka peluang ekonomi baru, termasuk inovasi bisnis berbasis limbah dan produk upcycle.
Sejumlah komunitas dan UMKM pun telah memanfaatkan prinsip ekonomi sirkular untuk menciptakan nilai tambah.
Praktik-praktik seperti daur ulang tekstil, pengolahan limbah organik, dan penggunaan energi terbarukan tidak hanya menumbuhkan bisnis berkelanjutan, tetapi juga mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
Dengan meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan diri dan lingkungan, gaya hidup sehat dan ekonomi sirkular dapat berjalan beriringan. Perubahan kecil dalam kebiasaan sehari-hari dapat memberi dampak besar, baik bagi kualitas hidup masyarakat maupun keberlanjutan bumi.
Sebagai bagian dari gerakan ini, Langkah Membumi Ecoground 2025 akan digelar pada 8–9 November mendatang.
Festival ini menghadirkan empat zona aktivitas: Eco Motion (olahraga & wellness), Eco Market (produk berkelanjutan), Eco Labs (workshop praktis), dan Eco Stage (talkshow & hiburan).