Suara.com - Indonesia saat ini berada di ambang kejayaan dalam dunia gastronomi, berkat usaha kolaboratif berbagai pihak untuk menampilkan kekayaan kuliner negara ini di tingkat global.
Dilansir dari ANN Asia Network, dengan inisiatif dari Kementerian Pariwisata, Wonderful Indonesia Gourmet (WIG) diluncurkan sebagai langkah strategi untuk memasukkan Indonesia ke dalam peta kuliner dunia.
Acara peluncuran yang berlangsung di Jakarta dan Bali ini juga berhasil menghubungkan jurnalis dan penggemar kuliner internasional dengan koki dan produsen lokal.
Momentum yang Tepat
Seiring berkembangnya tren kuliner, Indonesia semakin mendapat perhatian, di mana koki bertaraf internasional dan fokus pada bahan lokal semakin menjadikan kuliner Indonesia sebagai sorotan.
Beberapa restoran seperti Locavore NXT dan August Jakarta telah meraih pengakuan internasional, menunjukkan bahwa ada semangat baru dalam menggali dan menggabungkan keunikan masakan daerah.
Sementara itu, August Jakarta tetap menjadi satu-satunya restoran Indonesia yang terdaftar dalam daftar 50 Restoran Terbaik Asia yang prestisius.
Menurut Kevindra Soemantri, ketua panitia WIG 2025, program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap masakan Indonesia.
"Selama peluncuran perdana, banyak tamu internasional sangat terkejut dengan apa yang ditawarkan Jakarta, karena mereka datang tanpa ekspektasi tinggi. Itulah sebabnya kami memulai dengan gourmet terlebih dahulu, untuk membangun rasa aksesibilitas dan kepercayaan," ujar Kevindra, menambahkan bahwa waktunya sangat tepat.
Baca Juga: 12 Resep Orek Tempe Pedas Manis yang Enak dan Gampang Dibuat
Kelemahan yang Harus Diperbaiki
Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk memperkuat citra global masakan Indonesia.
Koordinasi yang kurang antara berbagai organisasi dan individu di bidang kuliner menjadi salah satu kendala utama.
Hardian Eko “Seto” Nurseto, seorang antropolog makanan, menekankan pentingnya memiliki visi yang jelas dalam mempromosikan gastronomi Indonesia secara menyeluruh.
“Upaya apa pun untuk memperkenalkan kuliner Indonesia selalu baik, tetapi ketika makanan menjadi bagian dari pariwisata, ada risiko standarisasi,” ujarnya.
Menurut Seto, perlu ada keseimbangan dalam mencapai standar global tanpa kehilangan cerita dan kebijaksanaan kuliner yang telah ada.