Pengalaman Fine Dining Kuliner Thailand di Garrya Bianti, Kolaborasi Apik Chef Degan dan Chef Edy

Senin, 24 November 2025 | 10:32 WIB
Pengalaman Fine Dining Kuliner Thailand di Garrya Bianti, Kolaborasi Apik Chef Degan dan Chef Edy
Menu pamungkas, Massaman Nuea, yang disajikan Chef Degan dan Chef Edy Santoso dalam acara Thai Legacy di Garrya Bianti Yogyakarta, Jumat (21/11/2025).
Baca 10 detik
  • Acara fine dining yang menyajikan makanan khas Thailand oleh Chef Degan dan Chef Edy Santoso berlangsung di Garrya Bianti Yogyakarta..
  • Menu istimewa meliputi Larb Gai, Yum So O Hoi Shell, Tom Kha Goong, dan Massaman Nuea daging sapi slow roasted tiga hari.
  • Kolaborasi ini merupakan konsep "Thai Legacy" yang memadukan warisan kuliner Thailand dengan standar fine dining modern.

Suara.com - Pengalaman gastronomi yang langka dan menyenangkan tersaji dalam acara berkonsep fine dining di Garrya Bianti Yogyakarta, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (21/11/2025). Fine dining kali ini unik. Menu yang disajikan merupakan makanan khas Thailand hasil racikan chef legendaris Degan Septoadji dan host chef Edy Santoso.

Sejak memasuki ruang makan, terasa sambutan hangat di Refresh All Day Dining. Seolah, kami diminta untuk bersiap menempuh perjalanan kuliner yang menakjubkan. Cahaya temaram didominasi warna kuning, menemani obrolan kami di malam itu. Kami bersenda gurau dan bercengkrama seraya menanti kedatangan set menu yang ditunggu.

Yang dinanti pun datang. Set menu amuse bouche tiba. Bentuknya mungil. Sepintas mirip potongan lumpia yang dibentuk seperti mangkuk kecil. Namanya Larb Gai, salad ayam Thailand terbuat dari ayam cincang yang dibumbui kecap ikan, air jeruk nipis, cabai, bawang merah, dan ketumbar. Rasanya lembut, pedas, dan segar. Kudapan yang cocok untuk memulai petualangan malan itu.

Hidangan berikutnya, Yum So O Hoi Shell. Menu ini menghadirkan scallop yang dimasak dengan teknik pan-seared, dipadukan dengan pomelo atau jeruk bali, bengkoang, dan cabe. Seluruh bahan itu direndam ke saus tamarind. Hasilnya, hmmmm kombinasi eksotis yang mengaduk tekstur dan rasa: manis, asam, pedas, renyah, dan gurih hadir dalam satu piring.

Menu amuse bouche, Larb Gai, yang disajikan Chef Degan dan Chef Edy Santoso dalam acara Thai Legacy di Garrya Bianti Yogyakarta, Jumat (21/11/2025).
Menu amuse bouche, Larb Gai, yang disajikan Chef Degan dan Chef Edy Santoso dalam acara Thai Legacy di Garrya Bianti Yogyakarta, Jumat (21/11/2025).

Berikutnya adalah Tom Kha Goong. Ini mungkin menjadi salah satu interpretasi terbaik sup Thailand yang pernah saya cicipi. Perpaduan udang, tomat, jamur shimeji, daun coriander, dan kuah santan berwarna putih cum kental beraroma lemongrass memberikan kedalaman rasa. Hangat, aromatik, dan menenangkan.

Nah, giliran menu ikan. Namanya Pla Neung Manao. Menu ini menghadirkan ikan kakap putih di-fillet yang ditampilkan dalam bentuk bersih nan elegan. Ikan ini dipadu rasa manis asamnya stroberi, shallot, daun mint, dan saus lime. Hmmm kehadiran green chili oil memberi kejutan pedas yang tidak nyelekit namun meninggalkan kesan mendalam.

Menu pamungkas malam ini adalah Massaman Nuea. Menurut saya, menu ini menjadi bintang di malam itu di antara set menu lainnya. Massaman Nuea menghadirkan daging sapi yang dimasak dengan teknik slow roasted selama 3 hari. Wow! Hasilnya, daging yang benar-benar lembut. Daging ini seolah memiliki sopan santun ketika masuk ke mulut: tidak keras, tidak melawan, teksturnya terurai hanya dengan satu gigitan, tanpa upaya.

Daging dalam menu ini dicampur dengan kuah kari Massaman yang kental, lembut, kaya bumbu, serta menyisakan kesan mendalam. Dipadukan dengan root vegetables dan jasmine rice, menu ini menghadirkan kenyamanan sekaligus keanggunan.

“Daging sapi ini di-roast di oven dengan suhu 66 derajat (Celcius–RED) selama 3 hari, sehingga menjadikan daging memiliki tekstur yang lembut dan mudah terurai. Kami mencampur daging sapi tersebut dengan bumbu Massaman,” ujar Chef Degan menjelaskan alasan gampang meluruhnya tekstur daging tersebut.

Chef Degan mengatakan, “dengan dimasak selama 3 hari dalam suhu 66, proteinnya lama kelamaan hancur. Namun hancurnya dengan sangat lembut. Kalau (dagingnya) dipotong, tidak langsung putih. Jadi dia masih merah. Karena proteinnya sudah hancur, jadi lembut pas dimakan.”

Penutupnya adalah trio elemen manis dalam satu piring: Tub Tim Grob, Roselle Jelly, dan Khao Niao Mamuang Ai-Tim Ka-ti. Water chestnut dalam coconut milk syrup memberikan kesegaran, roselle jelly dengan lychee foam memberi sentuhan floral-fruity yang lembut, sementara crispy mango sticky rice roll dengan es krim jadul kelapa menghadirkan nostalgia rasa yang familiar, namun tampil dengan format modern.

Menghadirkan Thailand Melalui Bahasa Kuliner yang Lebih Dalam

Acara ini bukan sekadar showcase hidangan. Ya, acara ini merupakan narasi: bagaimana warisan Thailand dapat dipertemukan dengan karakter Yogyakarta, bagaimana teknik internasional bertemu dedikasi lokal, dan bagaimana dua chef membangun dialog melalui piring yang disajikan ke penikmat kuliner.

Ya, kemolekan dan kenikmatan hidangan malam itu memang tidak lepas dari pengalaman legendaris Chef Degan yang dipadukan dengan kelincahan Chef Edy Santoso. Chef Degan—dengan pengalaman panjang, termasuk masa baktinya sebagai Executive Chef di Banyan Tree Bangkok—membawa otoritas, kedisiplinan, dan perspektif internasional yang kuat.

Hal ini sangat keren ketika dipadukan dengan pendekatan Chef Edy Santoso yang akrab dengan bahan lokal dan karakter selera nusantara. Tak pelak, momentum ini membuat persamuhan mereka tidak hanya logis, tapi juga organik. Apalagi, keduanya merupakan kawan lama ketika di Thailand. Reuni yang sungguh berkesan dan dinanti.

Kedua chef tersebut di sela reuninya memutuskan untuk mengeksekusi konsep “Thai Legacy”: merangkai hidangan Thailand yang autentik, namun dibawa ke standar fine dining modern tanpa kehilangan karakter tradisionalnya. Hats off dan apresiasi tinggi untuk sajian malam itu Chef Degan dan Chef Edy Santoso.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI