- Pelaku gastronomi Bali menggabungkan inovasi modern dan warisan Nusantara untuk ciptakan pengalaman bersantap manusiawi.
- Inovasi kuliner Bali, seperti Canang Sando dan Ocean Charcuterie, menonjolkan bahan lokal bernilai tinggi dengan teknik berkelas.
- Keberlanjutan menjadi praktik harian dengan menjaga hubungan langsung antara dapur dengan petani, nelayan, dan produsen lokal.
Suara.com - Dunia kuliner Bali kembali menunjukkan wajah terbaiknya: sebuah perpaduan antara kreativitas, spiritualitas rasa, dan penghormatan pada bahan-bahan lokal.
Di tengah geliat inovasi gastronomi ini, dua sosok chef—Will Goldfarb dan Syrco Bakker—menghidupkan dialog baru tentang bagaimana makanan tidak hanya dinikmati, tetapi juga dirasakan, dihargai, dan direnungkan.
Mereka datang dari dua jalur berbeda. Will Goldfarb, dengan akar kuat di dunia pastry global, membangun pengalaman rasa yang berlapis emosi.
Sementara itu, Syrco Bakker, yang menggabungkan teknik Eropa dengan kekayaan rasa Nusantara, menekankan pentingnya asal-usul setiap bahan.
Namun pada akhirnya, keduanya bertemu pada satu titik: bahwa kuliner adalah perjalanan mencari keseimbangan—antara alam, budaya, dan kreativitas.
Hidangan seperti Canang Sando dari Room4Dessert mencerminkan pendekatan Will yang lembut namun berani.
Kue kelapa kukus, susu sereal berbahan telengis, dan bunga-bunga segar bukan sekadar estetika; ia adalah bentuk penghormatan terhadap bahan sederhana Indonesia.
Bagi Will, kebahagiaan tamu adalah inti dari setiap kue, sorbet, dan es krim yang ia buat.
Di sisi lain, Syrco menghadirkan Ocean Charcuterie, sebuah eksplorasi laut yang memadukan tuna asap, perut ikan pedang, citrus, hingga lada andaliman dari Sumatra.
Baca Juga: Toffin Indonesia x Makmur Jaya Gelar Festival, Lebih dari 40 Brand F&B dan 10 Brand Lifestyle Tampil
Ini adalah bukti bahwa bahan yang mungkin terasa "biasa" bagi masyarakat Indonesia—justru diperlakukan sangat istimewa oleh para chef dunia.
Syrco pun terkenal dekat dengan para petani, produsen, dan nelayan—mengundang mereka datang ke restorannya untuk merasakan hasil bumi mereka sendiri.
Keduanya juga berbagi satu keyakinan lain: keberlanjutan adalah hal yang seharusnya menjadi kebiasaan, bukan sekadar konsep. Itu sebabnya mereka kerap memilih kelapa, kecombrang, pala, dan bahan-bahan lokal lain yang membawa karakter kuat dan kisah panjang dari tanah asalnya.
Di balik semua proses memasak yang rumit ini, ada satu elemen yang mungkin tampak sederhana namun begitu menentukan: air.
Bagi Will, air adalah pengatur suhu dan tekstur—tanpa itu sorbet tak akan membeku, meringue tak akan terbentuk, dan saus tak akan selaras.
Sementara Syrco melihat air sebagai penyeimbang dan penonjol rasa, elemen yang membersihkan palet sekaligus menyatukan harmoni setiap hidangan.