Naskah Khutbah Jumat Soal Hikmah di Balik Bencana Alam, Ujian atau Azab?

Jum'at, 05 Desember 2025 | 12:10 WIB
Naskah Khutbah Jumat Soal Hikmah di Balik Bencana Alam, Ujian atau Azab?
ilustrasi ceramah, khutbah malam Nuzulul Quran (Positive Moslem Attitude/unplash)
Baca 10 detik
  • Bencana alam melanda Indonesia seperti banjir dan gempa, menimbulkan kerugian materiil dan korban jiwa di berbagai wilayah.
  • Bencana alam dapat menjadi momen introspeksi diri dan bukan semata-mata dianggap sebagai azab dari Tuhan.
  • Menyikapi bencana perlu empati dengan berbagi serta membantu sesama sebagai wujud amal sosial yang dianjurkan.

Suara.com - Indonesia belakangan ini kembali diuji dengan berbagai rentetan bencana alam, mulai dari banjir, tanah longsor, hingga gempa bumi melanda berbagai wilayah seperti Aceh, Sumatra, hingga Jawa Tengah.

Fenomena alam ini tentu menyisakan duka mendalam, kehilangan harta benda, hingga korban jiwa.

Sebagai umat beriman, bagaimana seharusnya kita menyikapi fenomena ini? Apakah bencana semata-mata azab, atau justru ladang pahala bagi kita?

Berikut dilansir dari NU Online, contoh naskah khutbah Jumat singkat dan padat bertema bencana alam yang bisa dijadikan referensi bagi para khatib.

KHUTBAH PERTAMA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah, alhamdulillahi rabbil ‘alamin wabihi nasta’inu ‘ala umuriddunya waddin. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh.

ilustrasi sholat (freepik/rawpixel.com)
ilustrasi sholat (freepik/rawpixel.com)

Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du.

Jemaah Sidang Jumat Rahimakumullah, mengawali khutbah di siang yang penuh berkah ini, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Takwa dalam arti sebenar-benarnya, yakni menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Ban Tubeless untuk Scoopy yang Anti Licin saat Musim Hujan

Dengan takwa, insyaallah Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan dan mendatangkan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.

Saudara-saudaraku sekalian, kita tahu bahwa belakangan ini saudara-saudara kita di berbagai daerah sedang tertimpa musibah bencana alam.

Ada yang kehilangan tempat tinggal, terluka, bahkan kehilangan anggota keluarga.

Mari sejenak kita kirimkan doa, semoga mereka diberi ketabahan dan musibah ini segera diangkat oleh Allah SWT. Amin.

Seringkali kita mendengar kata musibah yang dipertentangkan dengan anugerah.

Dalam pandangan umum, bencana alam selalu dimaknai sebagai musibah yang menyedihkan.

Hal ini wajar karena dampaknya yang merugikan secara fisik dan materiil.

Namun, secara hakikat, bencana alam itu relatif. Ia bisa menjadi musibah, tetapi bisa juga menjadi anugerah, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Bencana adalah kiriman yang berisi pesan dan pelajaran, tidak hanya bagi korbannya, tetapi juga bagi kita yang menyaksikannya.

Lantas, apa saja pelajaran yang bisa kita petik?

1. Bencana adalah Momen Muhasabah (Introspeksi Diri)

Bencana alam seperti gempa atau banjir adalah bukti kekuasaan Allah dan kelemahan manusia.
Ini adalah saat yang tepat untuk muhasabah. Sayyidina Umar bin Khattab pernah berpesan:

"Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab. Karena sesungguhnya hal itu akan meringankan hisabmu (di hari kiamat)."

Penting dicatat, muhasabah ini adalah untuk mengevaluasi diri sendiri, bukan menghakimi orang lain.

Sangat tidak elok jika kita yang selamat justru menuding para korban terkena azab karena dosa-dosa mereka.

Sikap ini justru melukai hati dan jauh dari empati. Imam Nawawi bahkan mengingatkan, jika kita ingin bersyukur karena selamat, ucapkanlah dengan lirih agar tidak menyinggung perasaan saudara kita yang sedang menderita.

2. Melatih Rasa Syukur dan Optimisme

Bagi para korban, bencana bisa menjadi sarana penggugur dosa dan kenaikan derajat. Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah seorang Mukmin terkena duri atau yang lebih menyakitkan darinya kecuali Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapus darinya satu kesalahan." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini mengajarkan optimisme. Bahwa di balik penderitaan, Allah sedang mempersiapkan kemuliaan bagi hamba-Nya yang sabar.

Bagi kita yang tidak terkena bencana, rasa syukur harus diwujudkan dengan memanfaatkan nikmat keamanan untuk beribadah lebih baik.

3. Bencana adalah Ladang Amal

Bencana alam membuka pintu surga bagi siapa saja yang mau mengulurkan tangan. Ini adalah ujian kepedulian.

Kesalehan tidak hanya diukur dari ibadah ritual, tapi juga kesalehan sosial. Rasulullah SAW bersabda:

"Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya." (HR Muslim)

Maka, wujud syukur kita yang selamat adalah dengan berbagi. Baik itu tenaga, harta, pikiran, maupun doa.

Barakallahu li walakum fil quranil adzim, wanafa’ani waiyyakum bima fihi minal ayati wadzikkril hakim. Aqulu qauli hadza wastaghfirullaha li walakum, fastaghfiruh innahu huwal ghafurur rahim.

KHUTBAH KEDUA

Alhamdulillah, alhamdulillahi hamdan katsiran kama amar. Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh.

Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Di khutbah kedua ini, khatib kembali mengingatkan pentingnya menumbuhkan empati nyata.

Empati bukan sekadar ucapan "turut prihatin" di media sosial. Empati adalah ikut merasakan perihnya luka saudara kita, lalu bergerak melakukan tindakan nyata.

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Ma’idah ayat 2:

"Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."

Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa ayat ini menggandungkan "kebaikan" dan "takwa".
Artinya, kesempurnaan iman seorang Muslim terjadi ketika ia bisa meraih ridha Allah (lewat takwa) dan ridha manusia (lewat kebaikan sosial/menolong sesama).

Ingatlah sabda Nabi, bahwa umat Islam itu ibarat satu bangunan atau satu tubuh. Jika satu bagian sakit, bagian lain ikut merasakannya.

Maka, jangan biarkan saudara kita di lokasi bencana merasa sendirian. Bantuan sekecil apapun, jika didasari keikhlasan, akan menjadi investasi abadi kita di akhirat kelak.

Marilah kita tutup khutbah ini dengan berdoa, memohon keselamatan bagi bangsa kita dan ketabahan bagi saudara-saudara kita.

Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad. Allahummaghfir lil muslimina wal muslimat, wal mukminina wal mukminat, al ahya-i minhum wal amwat. Innaka sami’un qaribun mujibud da’wat.

Ya Allah, angkatlah segala musibah, bencana, dan penyakit dari negeri kami.

Berikanlah kesabaran kepada saudara-saudara kami yang sedang tertimpa ujian banjir, longsor, dan gempa.

Gantikanlah kesedihan mereka dengan kebahagiaan, dan kerugian mereka dengan rezeki yang lebih baik.

Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina 'adzabannar. Ilahana, taqabbal minna innaka antas sami’ul ‘alim, watub ‘alaina innaka antat tawwabur rahim.

Walhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI