- Bencana di Sumatera Utara, Barat, dan Aceh berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia sekitar 0,08–0,12 persen.
- Dampak bencana ini membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi Kuartal IV 2025 sebesar 5,08 persen berpotensi mengalami penyusutan.
- Bencana sebelumnya seperti Palu 2018 menimbulkan kerugian negara sekitar Rp15 triliun hingga Rp22 triliun.
Suara.com - Dampak bencana alam yang terjadi di Indonesia baru-baru ini bisa memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti yang terjadi di Sumatera Utara, Barat dan Aceh.
Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengatakan, bencana yang terjadi berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,08-0,12 persen.
Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2025 yang diperkirakan Perseroan akan tumbuh di level 5,08 persen, berpotensi menyusut.
"Dan kalau kita lihat dampak banjir di Sumatera yang terhadap PDB itu, kalau one-off event-nya ini sendiri itu berkisar antara minus 0,08 sampai dengan 0,12 percentage point," katanya dalam paparannya secara virtual dikutip, Rabu (4/12/2025).
Menurut dia, kalau tadi kita lihat ekspektasi di 5,1 persen pertumbuhan ekonomi, memang ada downside risk-nya.
Dia pun mengungkapkan, hitungan dampak bencana di tiga provinsi juga akan terus bergulir karena bencana baru saja terjadi.

Apalagi, hal ini bisa memberikan tekanan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun.
"Memang perhitungannya adalah baru terjadi di pertengahan atau di awal bulan Desember ini. Dan kalau dilihat dari, ini kalkulasinya tentu saja rolling terus ya, karena kan memang kejadiannya baru dan tentunya memang estimasi dari dampak terhadap ekonominya," jelas Andry.
Dia mengungkapkan, jika melihat dari kejadian sebelumnya seperti bencana-bencana dari gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Selatan pada 2018 lalu.
Adapun, kerugian negara yang harus ditanggung negara adalah sekitar Rp15 triliun-Rp22 triliun.
Baca Juga: BRI Peduli Tanggap Bencana Banjir Sumatra, Percepat Salurkan Bantuan Bagi Warga Terdampak
Kemudian, dampak gempa Lombok di tahun yang sama diperkirakan mencapai Rp5 triliun-Rp7,7 triliun.
Lalu Aceh yang mengalami gempa dan tsunami di 2014 cukup merugikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Tentu saja ini datanya terus berguler dan terus berkembang ya," katanya.
Dia menambahkan, jika pemerintah harus cepat memberikan bantuannya ke beberapa daerah maka potensial kenaikan harga bisa bahan pokok bias diatasi.
Namun, penurunan pertumbuhan ekonomi masih tetap terkontraksi.
"Tapi kalau kita lihat kepada pertumbuhan ekonomi nasional, ini akan bisa berdampak.Paling tidak kemudian di akhir tahun ini ya," tandasnya.