Gajah Hewan yang Emosional, Kini Jadi 'Alat Berat Alami' Bersihkan Puing Akibat Banjir di Aceh

Dinda Rachmawati Suara.Com
Selasa, 09 Desember 2025 | 16:10 WIB
Gajah Hewan yang Emosional, Kini Jadi 'Alat Berat Alami' Bersihkan Puing Akibat Banjir di Aceh
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) jinak yang ditunggangi mahout membersihkan puing kayu yang menutupi jalan dan permukiman warga akibat bencana alam di Desa Meunasah Bie, Pidie Jaya, Aceh, Senin (8/12/2025). [ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/nz]
Baca 10 detik
  • Empat ekor gajah BKSDA Aceh dikerahkan di Pidie Jaya pada Senin (8/12/2025) untuk menarik material pascabanjir di area sulit terjangkau alat berat.
  • Aktivis Indira Diandra mengkritik penggunaan gajah untuk pembersihan material banjir karena gajah adalah makhluk hidup, bukan alat konstruksi.
  • Gajah adalah makhluk sosial empatik yang cerdas, mampu berduka, mengingat trauma, serta membutuhkan kesejahteraan meski sempat membantu pemulihan bencana.

Pengalaman buruk, kebisingan, atau situasi kacau pascabencana tentu saja dapat memicu stres baru. Berikut beberapa sifat emosional gajah seperti dikutip World Animal Protection.

1. Mereka Berempati dan Menjaga Sesama

Gajah betina sering melindungi anak yang bukan miliknya dari potensi bahaya, bahkan sebelum bahaya tersebut tampak nyata. Para ilmuwan menduga mereka belajar dari pengalaman masa lalu dan memprediksi kondisi emosional kelompoknya.

Empati lah yang membuat mereka dikenal sebagai penjaga keluarga yang lembut, meski tubuh mereka begitu besar dan kuat.

2. Mereka Berduka Seperti Manusia

Tak banyak spesies yang menunjukkan perilaku berduka. Gajah salah satunya. Ketika ada anggota kawanan yang mati, mereka mendatangi tubuhnya berulang kali, mengelus bangkai dengan belalai, atau berdiri lama dalam keheningan. 

Anak gajah yang kehilangan induk bahkan diketahui mengalami stres berat hingga tidak bertahan hidup.

3. Mereka Mengingat dan Merasakan Trauma

Pepatah “gajah tidak pernah lupa” terbukti benar secara ilmiah. Mereka dapat mengingat suara dan individu dari belasan tahun lalu. Trauma pun tertinggal dalam memori mereka. 

Baca Juga: Lebih dari 10 Negara Siap Bantu Bencana Sumatra: PM Jepang Hingga Pangeran Arab

Anak gajah yang selamat dari serangan pemburu, misalnya, tercatat sering terbangun di malam hari sambil menjerit dan mengeluarkan suara terompet ketakutan—seperti manusia yang mimpi buruk.

4. Gajah Menyimpan Dendam

Dikutip Instagram Hipnoterapis Klinis, dr. Ema Surya Pertiwi, gajah juga menyimpan dendam. Itu terbukti
di beberpa wilayah Afrika, Gajah bisa menyerang desa yang dulu membunuh kelompoknya.

"Tapi yang kita lihat sekarang. Gajah tetap hadir membantu meski bencana itu
terjadi karena ulah tangan tangan kotor yang merusak hutannya," tulisnya.

Di satu sisi, gajah-gajah BKSDA Aceh membantu membuka akses, menarik material besar, dan bahkan menjadi hiburan bagi anak-anak yang sedang mengalami masa sulit—kehadiran mereka menghadirkan ketenangan di tengah kekacauan.

Namun di sisi lain, ada kebutuhan mendesak untuk memastikan kesejahteraan satwa ini tidak terabaikan. Penggunaan gajah sebagai tenaga kerja fisik bukan hanya soal etika, tetapi juga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan martabat makhluk hidup lain.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI