- World Happiness Report menilai kesejahteraan global menggunakan faktor stabilitas ekonomi, korupsi, dan dukungan sosial.
- Afghanistan menempati posisi teratas negara paling tidak bahagia.
- Negara dalam daftar berikut menghadapi konflik, ketidakstabilan ekonomi, dan korupsi.
4. Malawi
Di benua Afrika, Malawi menghadapi tantangan sebagai salah satu negara termiskin di dunia.
Mayoritas penduduknya sangat bergantung pada sektor pertanian, yang ironisnya sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Bencana seperti kekeringan dan curah hujan yang tidak menentu sering kali memutus pasokan pangan. Selain itu, terbatasnya akses ke pendidikan dan peluang kerja membuat masyarakat pedesaan terjebak dalam siklus kerentanan ekonomi.

5. Zimbabwe
Inflasi yang meroket dan ketidakstabilan mata uang adalah masalah kronis di Zimbabwe. Tekanan ekonomi ini mencekik rumah tangga, membuat kebutuhan dasar sering kali menjadi barang mewah yang sulit dijangkau.
Kelangkaan barang-barang esensial, mulai dari obat-obatan hingga komoditas pokok, adalah pemandangan umum.
Ditambah dengan ketegangan politik dan ketidakpercayaan terhadap lembaga negara, masyarakat Zimbabwe cenderung memiliki pandangan yang pesimistis terhadap masa depan.
6. Botswana
Masuknya Botswana ke dalam daftar ini mungkin mengejutkan bagi sebagian orang, mengingat negara ini sering dianggap lebih stabil dibandingkan tetangga-tetangganya.
Botswana memiliki industri berlian yang mendorong pertumbuhan ekonomi makro.
Namun, angka statistik makro sering kali menyembunyikan realitas mikro. Masalah utama di sini adalah ketimpangan yang melebar.
Baca Juga: Polri Sabet Gelar Lembaga Negara Terpopuler di Disway Award 2025, Ini Rahasianya
Kekayaan negara tidak terdistribusi secara merata. Pengangguran kaum muda menjadi masalah serius. Komunitas pedesaan sering kali tertinggal tanpa akses ke peluang dan sumber daya yang memadai.
7. Republik Demokratik Kongo (DRC)
Negara ini sebenarnya diberkati dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun, kekayaan alam tersebut justru sering menjadi sumber konflik ("kutukan sumber daya").
Peringkat rendah DRC terkait erat dengan konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Jutaan orang menghadapi pengungsian, dan banyak wilayah tidak memiliki infrastruktur dasar seperti jalan raya, listrik, atau air bersih.
Korupsi dan tata kelola yang lemah mencegah manfaat ekonomi dari sumber daya alam tersebut menetes ke bawah untuk dinikmati oleh rakyat biasa.
Melihat daftar ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan, yang sering kita anggap remeh, seperti akses ke internet lancar, air bersih, atau kebebasan berekspresi, adalah kemewahan bagi jutaan orang di belahan dunia lain.