Suara.com - Kebakaran lahan dan hutan di Riau masih terjadi sampai Minggu (2/3/2014).
Menurut hasil pemantauan satelit NOAA18 menunjukkan jumlah titik panas (hot spot) di daerah itu sebanyak 70 titik. Sedangkan berdasarkan pengamatan satelit Modis (Terra dan Aqua) ada 962 titik hot spot.
"Resolusi NOAA18 adalah 1,1 km x 1,1 km sehingga luas terbakar lebih 1,1 km yang terpantau dengan NOAA18. Sedangkan satelit Modis resolusinya lebih kecil yaitu 250 m x 250 m sehingga hotspot kecil terpantau," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.
Sutopo menambahkan, berdasarkan plotting koordinat, 43 titik api hasil survei satgas udara di peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang dibuat Badan Planologi, Kemenhut), 25 titik api terdapat di area open access, 15 titik di areal HTI, dan 3 titik di Cagar Biosfir.
"Hasil ini mengindikasikan bahwa mayoritas kebakaran lahan dan hutan berasal dari areal open acces dan Cagar Biosfir karena masyarakat membuka lahan dengan membakar," katanya.
Area open access adalah area hutan milik negara yang boleh dikelola oleh siapapun. Dulunya, area ini milik HPH yang sekarang hak kelolanya sudah habis.
"Jadi masyarakat pada masuk pada areal lahan tersebut untuk membuka lahan dengan membakar. Ada anggapan bahwa lahan ini adalah lahan tidak bertuan," kata Sutopo.
Saat ini, kata dia, para pengusaha kehutanan dan perkebunan di lokasi itu telah dipanggil oleh Komandan Tanggap Darurat untuk dimintai konfirmasi.