Suara.com - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Budiman membantah bila dirinya mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ibarat "kapal karam" sehingga patut ditinggalkan.
"Tidak pernah sama sekali (membuat pernyataan SBY kapal karam). Saya kesatria, bukan tipe penghianat," kata Budiman ketika dijumpai saat Apel Siaga pasukan TNI dalam rangka Pengamanan Pilpres 2014 di Mabesad, Jakarta Pusat,Selasa.
Dia enepis berbagai spekulasi terkait dengan pemberhentian dirinya yang dilakukan menjelang penetapan hasil rekapitulasi KPU, salah satunya menyebut pemerintahan SBY ibarat "kapal karam". Pernyataan tersebut sempat membuat SBY berang.
Menurut dia, dalam pergantian dirinya,tidak ada masalah yang menjadi latar belakang. Semua berjalan sesuai dengan prosedur, yakni dilakukan menjelang masa pensiunnya.
"Ga ada masalah, itu saja. Ga usah saya jelaskan," ucap KSAD.
Budiman yang semestinya baru pensiun 25 September 2014, mengaku baru mengetahui pemberhentian dirinya sebagai KSAD setelah Panglima TNI Jenderal Moeldoko menelponnya pada Senin (21/7/2014) sore.
Dikatakan, dalam waktu yang terbatas ini, langkah terpenting yang sekarang harus dilakukan, yakni menjaga keamanan Pilpres 2014.
"Dalam waktu yang terbatas ini, saya harus menjaga keamanan pelaksanaan Pilpres. Semua yang terbaik yang bisa saya lakukan," ujar Budiman.
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko memastikan pergantian Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Budiman tidak akan memengaruhi persiapan TNI dalam menghadapi penetapan hasil rekapitulasi.
"Pergantian KSAD tidak ada pengaruhnya dengan kesiapan pasukan menghadapi penetapan Pilpres," kata Panglima TNI usai memimpin Apel Kesiapsiagaan Prajurit TNI dalam rangka pengamanan Pilpres di Mabesad, Jakarta Pusat, Selasa (22/7/2014).