Qatar Bangun 7 'Kota Buruh' untuk Piala Dunia 2022

Rabu, 06 Mei 2015 | 11:04 WIB
Qatar Bangun 7 'Kota Buruh' untuk Piala Dunia 2022
Logo Piala Dunia 2022 di Qatar.

Suara.com - Qatar akan membangun 7 kawasan permukiman buruh yang bekerja untuk keperluan Piala Dunia 2022. Buruh itu terdiri dari buruh lokal dan migran.

Menteri Tenaga Kerja Urusan Sosial, Abdullah bin Saleh al-Khulaifi menjelaskan 7 kawasan itu untuk menampung lebih dari 258 ribu buruh. Dia menargetkan pembangunan itu selesai akhir 2016.

Khulaifi mengatakan kawasan permukiman buruh ini dibangun untuk memenuhi standar negara untuk mengadakan perhelatan besar. Qatar mengklaim akan memperlakukan buruh migran dengan layak. Nantinya di pemukiman itu akan disediakan fasilitas modern.

"Itu sudah cetak biru. Saya tahu orang-orang kami ingin memiliki akomodasi yang lebih baik untuk buruh mereka," jelas Khulaifi seperti dilansir Guardian, Rabu (6/5/2015).

Selain itu, Qatar juga akan membangun 400 rumah untuk tenaga kerja lokal. Angka ini lebih besar dari rencana sebelumnya yang hanya 200 unit rumah.

"Kami memiliki standar akomodasi tenaga kerja dan kami sedang memantau mereka. Tapi akan menghukum mereka yang melanggar aturan," kata dia.

Khulaifi mengklaim negaranya masih melakukan pembangunan sehingga membutuhkan banyak pekerja lokal dan migran. 'Kota buruh' yang akan dibangun itu juga akan dilengkapi dengan 55 pusat pembelanjaan, rumah sakit dan klinik. Dana yang diperlukan sebesar 825 juta dolar AS.

Perkampungan buruh kumuh

Qatar saat ini mempunyai salah satu perkampungan kumuh di kawasan industri Doha. Di sana kawasan kering dan berdebu. Banyak buruh yang hidup pas-pasan, bahkan putus asa.

Di antara ribuan buruh di Qatar adalah Hasan. Dia imigran dari Ghana dan bekerja sebagai sopir taksi di Accra. Rumahnya sempit. Dia tidak sendiri tinggal di rumah itu, ada 8 temannya ikut menumpang.

Hasan bekerja di Qatar karena ingin mendapatkan uang banyak. Namun dia ditipu agen tenaga kerjanya.

"Agen kami menipu kita. Dia mengatakan kita akan dibayar dalam dolar AS. Tapi kami datang ke sini dan kami menerima pembayaran dalam riyal," ceritanya.

Hassan memiliki seorang istri dan dua anak laki-laki di Ghana. Di Qatar, dia hanya menerima gaji USD 250 perbulan.

Langkah positif

Penerliti Hak Asasi Manusia, Nicholas McGeehan mengatakan langkah Qatar membangun perkampungan buruh layak adalah langkah maju.

"Kami tidak ingin ada tempat berkondisi rendah di zona industri," kata dia.

Namun menurutnya pembangunan perumahan dan perkampungan buruh belum cuukup membuat buruh Qatar sejahtera. Sebab upah mereka dikendalikan pengusaha.

"Masalahnya adalah mekanisme kontrol yang menempatkan kekuasaan di tangan pengusaha," jelas McGeehan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI