Suara.com - Pembunuh mahasiswa jurusan biologi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Aksyena Ahad Dori (18), diduga hanya satu orang. Jenazah mahasiswa jurusan biologi tersebut ditemukan tak bernyawa di Danau Universitas Indonesia, Depok, pada 28 Maret 2015.
"Kemungkinan pelaku tunggal. Tapi, tidak tertutup kemungkinan, lebih dari satu orang," kata Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Purbaya kepada Suara.com, Minggu (7/6/2015).
Indikasi Akseyna dibunuh oleh satu pelaku, kata Purbaya, terlihat dari tumit sepatu korban yang tergores. Goresan ini, kata Purbaya, kemungkinan akibat korban diseret pelaku dari suatu tempat ke dalam danau.
"Kalau pelakunya lebih dari satu orang, tentu korban digotong. Kalau digotong tidak terjadi luka di sepatunya. Jadi, ada indikasi pelakunya sendiri dan menyeret korbannya," kata Purbaya.
Namun, kata Purbaya, sejauh ini penyidik belum membuat kesimpulan atas kasus Akseyna.
"Penyidikan akan dilakukan sampai semua terungkap," katanya.
Semula Akseyna diduga meninggal karena bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri di danau, namun polisi menemukan sejumlah kejanggalan yang kemudian mementahkan dugaan awal.
Kejanggalan yang ditemukan polisi, di antaranya danau tempat Akseyna ditemukan dangkal.
"Danau yang ada di UI itu tidak dalam sehingga kalau orang sengaja ingin menenggelamkan diri kan menjadi susah," katanya.
Indikasi lainnya, di dalam tas ransel korban terdapat batu dan tasnya tidak diikat mati.
"Secara psikologis, kalau orang mau bunuh diri, mengingatkan tas ke badan dengan ikat mati, ini ternyata tidak," katanya. "Biasanya, orang mau bunuh diri semua dipersiapkan."
Indikasi berikutnya ialah terdapat bekas luka benda tumpul di wajah Akseyna.
"Ini indikasi sebelum meninggal dunia ada kekerasan," kata Purbaya.
Selain itu, kata Purbaya, ada goresan di sepatu korban. Ini mengindikasikan Akseyna diseret-seret oleh pelaku.
"Kemudian hasil autopsi, ketika dia dimasukkan ke danau itu masih hidup. Dalam arti dia pingsan.