Matakin: Imlek, Kembali ke Titik Nol

Senin, 08 Februari 2016 | 17:44 WIB
Matakin: Imlek, Kembali ke Titik Nol
Warga keturunan Cina melakukan sembahyang Tahun Baru Imlek 2567 di Vihara Amurva Bhumi Hok Tek Djeng Sin, Jakarta, Senin (8/2). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Dewan Rohaniwan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi Santoso Tanuwibowo mengimbau agar umat Konghucu menjadikan Imlek sebagai momen untuk berintrospeksi diri. Istilahnya "kembali ke titik nol".

"Saat Imlek ini, mari kita kembali pada jati diri kita sebagai manusia yang rendah hati. Kita sebagai manusia harus sadar kembali ke titik nol bahwa kita bukan siapa-siapa," kata Budi saat perayaan Tahun Baru Imlek 2567 di Kelenteng Kong Miao Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin (8/2/2016).

Budi juga mengajak para umat Khonghucu agar senantiasa bersyukur. Ia mengatakan apa yang dimiliki manusia di dunia tidak akan dibawa mati. Ia juga mengatakan agar umat Konghucu di Indonesia tidak melupakan orang-orang yang berjasa mengembalikan hak-hak sipil mereka di masa Orde Baru.

"Imlek bagi kita sebagai umat Khonghucu tidak boleh melupakan orang-orang yang berjasa pada kita. Tanpa mereka, siapa yang mau urus Konghucu mengembalikan hak-haknya," ujar Budi.

Menurut Budi, selain almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang paling berjasa pada umat Konghucu di Indonesia, terdapat tokoh-tokoh lain yang juga turut berperan membela Konghucu.

Ia menyebut sejumlah nama seperti Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarno Putri, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Menteri Sekretaris Negara RI kesembilan Djohan Effendi, Yusril Ihza Mahendra, Menteri Sekretaris Negara kedelapan Bondan Gunawan, Marsillam Simanjuntak, Ali Rahman, Malik Fajar, Maftuh Basyuni, Amien Rais, Din Syamsuddin, Akbar Tandjung, Nurcholish Madjid dan lainnya.

"Gus Dur memang yang paling berjasa tetapi bukan Gus Dur saja, orang-orang itu berjasa pada kita. Mereka sadar bahwa mereka yang jumlahnya besar melindungi yang kecil. Dengan mengakui mereka itu adalah cerminan jati diri kejujuran," ujar Budi.

Atas dasar pengalaman umat Konghucu yang dulu dibelenggu hak-haknya, Budi juga meminta pada umat Konghucu agar tidak mendiskriminasi orang lain. Menurut Budi, Gus Dur telah membela hak-hak umat Konghucu jauh sebelum menjadi Presiden.

"Gusdur sebelum jadi Presiden, saat masih sebagai ketua PBNU sering bela umat Konghucu. Dulu Imlek dibatasi, nikah susah, bangun tempat ibadah susah," kata Budi.

Budi yang mengaku cukup dekat dengan Gus Dur itu mengutip kembali ucapan Gus Dur bahwa menjaga umat Konghucu sudah menjadi kewajibannya sebagai pemimpin umat Islam yang merupakan agama terbesar di Indonesia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI