Ngomong-ngomong soal mancing. Sadek bercerita ada aturan tak yang harus ditaati oleh wisatawan.
Warga Suku Dayak Iban yang tinggal di pinggiran Sungai Leboyan sangat bijaksana. Mereka melarang pemancing membawa pulang ikan hasil tangkapan. Kenapa begitu?
"Agar tidak punah, dan semata-mata untuk memikirkan anak cucu kita ke depan," kata Sodek.
"Secara gambaran kita hidup di perairan, supaya hasil perikanan itu terjaga lewat kelompok pengelola pariwisata ini. Kita berharap wisata ini bisa dikembangkan, walaupun bukan pendapatan utama masyarakat, tapi bisa membantu perekonomian," Sodek menambahkan.
Belum ada paket wisata
KPP Kaban Mayas belum memiliki paket wisata. Namun, masyarakat yang tinggal di rumah Betang sangat menghormati dan memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan. Jadi jangan khawatir.
"Wisatawan biasanya langsung ke kelompok pengelolanya, kalau mau mancing masyarakat yang akan mengelola semua, ada koordinator bagian konsumsi, kalau tamu datang saya mau mancing ke sini, 5 hari kita siap," ujarnya.
Dusun Meliau makin sohor sebagai spot untuk memancing, antara lain berkat liputan stasiun televisi serta pernah ada pembuatan film memancing oleh televisi Italia.
"Kenapa paket memancing itu menjadi andelan, karena orang banyak yang datang untuk memancing hampir satu bulan sekali, bisa dari Jepang, Malaysia dan Singapura," katanya.
Ada aturannya
KPP Kaban Mayas hanya mengizinkan memancing enam orang sekali jalan, hal ini bertujuan untuk mempertahankan daya dukung lingkungan agar ikannya tidak merasa terusik.
Adapun aturan bagi pemancing, mereka dilarang menggunakan umpan dari jangkrik maupun kodok, hal ini bertujuan agar ikan arwana yang menjadi incaran banyak orang tidak gampang di dapat.
"Waktu itu ada orang dari luar datang 12 orang, saya bilang tidak bisa sekaligus jalan, kalau mau enam orang sekarang dan enam orang berikutnya," kata dia.
Bagi WWF program pengembangan masyarakat termasuk ekowisata adalah untuk terus mendorong masyarakat menjadi yang terlibat dalam kegiatan konservasi di wilayahnya.