Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sudah beberapa kali meninggalkan partai yang membesarkannya. Terakhir, dia meninggalkan Gerindra yang mengusungnya menjadi calon wakil gubernur Jakarta.
Tak heran kalau kemudian dia dicap tak konsisten oleh sebagian kalangan. Istilah "kutu loncat" kembali jadi isu hangat menjelang Pilkada Jakarta.
Ketika ditanya wartawan apakah Ahok akan meninggalkan tiga partai pendukungnya: Nasdem, Hanura, dan Golkar bila kelak terpilih menjadi gubernur Jakarta periode 2017-2022, Ahok menyampaikan argumen.
"Sekarang kan aku nggak pernah masuk partai (bukan anggota partai) ninggalninya apa? Sekarang saya sama partai yang nggak dukung saya juga baik kok. Maksudnya ninggalin apa?" kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (26/8/2016).
Tidak mau disebut sebagai politisi "kutu loncat", Ahok kemudian menjelaskan kenapa setelah Pilkada Jakarta tahun 2012 dia keluar dari Gerindra. Dia keluar dari Gerindra karena ketika itu semua kader dan kepala daerah harus mendukung sikap partai bahwa kepala daerah harus dipilih melalui DPRD.
"Tapi kayak Gerindra nggak mungkin gue tinggal. Tapi dia ngotot minta semua kader dan kepala daerah minta dukung kepala daerah melalui anggota DPRD, ya itu beda. Saya dipaksa sebagai kader untuk ikut," ujarnya.
Sebelum jadi politisi Gerindra, Ahok merupakan kader Golkar. Terakhir di Golkar, dia duduk di Komisi II DPR. Ahok menerangkan keluar dari partai berlambang pohon beringin lantaran ingin maju ke pilkada Jakarta 2012.
"Nah, Golkar kenapa berhenti? Dia keluarin satu peraturan, kalau anggota DPR RI mencalonkan diri jadi kepala daerah tanpa restu dari DPP maka dia dipecat atau mengundurkan diri. Ya saya mengundurkan diri," kata Ahok.
Ahok menegaskan apabila tiga partai pendukungnya saat ini nanti membuat kebijakan yang bertentangan dengan konstitusi, Ahok akan melawan.
"Kalau tiga partai ngotot dengan konsep UU dasar atau demokrasi ya pasti gue lawan," ujar Ahok.