Seorang ibu, Darmadiani, mengungkapkan hal lain. Ia mengakui tak pernah meninggalkan kawasan itu meski rumahnya dulu sudah menjadi puing-puing.
”Saya dan suami membangun tenda di pojok sana. Kami tak mau keluar dari kampung ini. Anak-anak kami dititipkan di rumah mertua, di Luar Batang. Kami berdua membuat tenda dari terpal,” ungkapnya.
Mereka tak bisa jauh-jauh dari Kampung Akuarium. Sebab, selain sebagai tempat tinggal, ‘nafas’ perekonomian keluarga juga ada di sana.
Jika keluar jauh dari kawasan tersebut, mereka tak hanya kehilangan tempat tinggal, tapi juga mata pencarian.
Darma mengungkapkan, banyak tetangga-tetangganya yang mengungsi ke sebuah masjid di Luar Batang, setelah digusur.
Itu juga tidak bertahan lama dan balik lagi ke Kampung Akuarium. Ada yang tinggal di tenda, pun membangun bedeng.
"Mereka di masjid itu 1 bulan 10 hari kalau nggak salah, sejak penggusuran. Terus, balik lagi ke sini. Mereka juga mendirikan bedeng. Mendirikan balai. Ada yang tinggal di tenda-tenda itu," tukasnya.
Karenanya, Darma juga membantah pemberitaan media massa yang menyebut mereka baru kembali ke Kampung Akuarium karena Anies-Sandiaga menang kontestasi politik. Bahkan, dia menuding berita-berita tersebut ditulis secara tidak objektif.
"Kami sudah sering klarifikasi berita yang bilang bangunan liar kembali menjamur di sini karena Anies-Sandi menang. Apa hubungannya? Kami di sini jauh sebelum urusan pilkada itu. Memangnya para wartawan nginap di sini? Wartawan hitung jumlah kami setiap hari? Makanya, kalau bikin berita, tanya dulu kami. Jangan baru datang ke sini, terus kaget banyak bedeng. Terus dibikin beritanya. Itu mengada-ada kan," gugatnya.
Baca Juga: Polisi Selidiki Pabrik Petasan yang Terbakar Gunakan Buruh Anak