Suara.com - Nama Raden Ajeng Kartini selalu dielu-elukan dan diagung-agungkan terutama setiap 21 April, sebagai sosok yang memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia.
Namun, tak banyak yang tahu bagaimana nasib keturunan RA Kartini yang masih hidup. Keagungan nama Kartini sangat kontras dengan hidup keturunannya yang memprihatinkan.
Dalam laman resmi Pemprov Jawa Tengah yang dikutip Harian Jogja—jaringan Suara.com, Minggu (22/4/2018), disebukan Raden Ajeng Kartini yang lahir di Mayong, Jepara 139 tahun silam, dan merupakan pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Putri bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat itu, kemudian menikah dengan Bupati Rembang RM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, pada 12 November 1903.
Melalui pernikahan tersebut, RA Kartini dikaruniai putra semata wayang RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904.
RM Soesalit menikah dengan wanita Jawa bernama Siti Loewijah, dan dikaruniai seorang putra bernama Boedi Setyo Soesalit.
Cucu tunggal RA Kartini yang menikah dengan Sri Bidjatini dikaruniai lima anak, yakni Kartini, Kartono, Rukmini, Samimum, dan Rachmat. Sejak Boedi Soesalit meninggal pada usia 57 tahun, kehidupan keluarga lima cicit RA Kartini memprihatinkan.
Bupati Jepara Ahmad Marzuki menjelaskan, setelah Boedi Soesalit meninggal dunia, cucu menantu RA Kartini, Sri Bidjatini bersama lima anaknya yang merupakan cicit pejuang perempuan Indonesia, hidup dalam keprihatinan.
Hanya Kartini sebagai cicit tertua yang kondisi ekonominya lumayan, sedangkan lainnya butuh uluran tangan pemerintah sebagai bentuk perhatian kepada keturunan RA Kartini.
Baca Juga: Ayah Baru Juga Bisa Depresi Pascamelahirkan?
“Hanya yang pertama yang lumayan, sedangkan Kartono mengojek, demikian pula Samimun juga jadi tukang ojek. Sementara Rukmini telah ditinggal suaminya yang bunuh diri akibat terlilit ekonomi, dan Racmat yang menderita autis sudah meninggal,” beber Ahmad Marzuki, saat memberi sambutan pada Resepsi Peringatan Hari Kartini ke-39 Tahun di Pendapa Kabupaten Jepara, Sabtu (21/4/2018).
Lebih lanjut bupati mengatakan, cucu menantu dan cicit RA Kartini tidak ada yang bermukim di Jepara. Selama ini semua keturunan tokoh wanita Indonesia itu menempati rumah bantuan pemerintah di Parung Bogor.
Namun, mereka kekinian terpaksa harus meninggalkan rumah bantuan itu, karena ada pihak yang meminta agar mereka meninggalkan rumah tersebut. Sebab, cucu tunggal RA Kartini telah tiada.
“Ada oknum yang meminta mereka meninggalkan rumah bantuan pemerintah itu. Cucu menantu dan para cicit RA Kartini dianggap tidak berhak menghuni lagi karena cucu RA Kartini sudah meninggal,” terangnya.
Terkait hal itu, Bupati Jepara berharap pemerintah memberikan perhatian kepada keturunan pahlawan bangsa.
Bahkan, untuk memperjuangkan supaya keturunan RA Kartini mendapat tempat tinggal yang layak, serta bantuan pendidikan berupa beasiswa, Pemkab Jepara sudah beberapa kali menghubungi Kementerian Pendidikan dan PUPR. Namun hingga kini, pengajuan bantuan tidak ada tanggapan dan realisasi.