Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf Abdul Kadir Karing menilai puisi yang dibacakan oleh Neno bukanlah doa, melainkan orasi politik berkedok agama. Tak hanya itu, diksi yang digunakan oleh Neno terlihat menggiring opini public pada satu wacana kelompoknya lah yang hanya menyembah Allah, sementara di luar kelompoknya tidak.
“Bagi saya apa yang diucapkan Neno Warisman dalam acara Munajat 212 di Monas pada Kamis (21/2/2019) malam tidak pantas disebut sebagai doa. Melainkan cuma orasi politik yang bersifat pragmatis berkedok agama,” ungkap Karding.
“Pertanyaan saya dari mana Neno bisa mengambil kesimpulan itu? Apa ukurannya sampai ia bisa mengatakan jika pihaknya kalah maka tak akan ada lagi yang meyembah Allah?" imbuh Karding.