Lapor Pelecehan Seksual, Penumpang Malah Disebut Petugas KAI Anak Karaokean

Kamis, 25 April 2019 | 13:29 WIB
Lapor Pelecehan Seksual, Penumpang Malah Disebut Petugas KAI Anak Karaokean
Seorang perempuan mengacungkan tangan tandan penolakan. Ilustrasi pelecehan seksual. [Shutterstock]

Tak hanya dilecehkan oleh pelaku, korban juga merasa martabatnya direndahkan oleh petugas PT KAI yang bertugas di kereta.

Sebab, ketika ia mengadukan peristiwa itu, petugas keamanan kereta justru menyebutnya seperti 'anak karaokean'. Tak hanya itu, petugas keamanan KAI juga menyebut korban sebagai 'bukan anak baik-baik'.

"Ah biasalah Mbak, namanya juga cowok. Mending kita omongin baik-baik. Dia pelanggan, saya harus jaga privasinya. Lagi pula, mbaknya lagian terlihat seperti anak karokean. Bukan anak baik-baik, jelas aja dia berani," kata korban menirukan ucapakan petugas keamanan KAI.

Atas dasar pengalamannya itulah, korban menegaskan setiap kaum perempuan maupun laki-laki harus mengetahui prinsip-prinsip kesetaraan gender.

Untuk diketahui, laki-laki kerap melanggengkan pola pikir yang merendahkan perempuan atau yang disebut sebagai maskulinitme sebagai turunan dari budaya patriarki.

Maskulinisme adalah bagian dari budaya patriarki yang menempatkan perempuan sebagai 'gender kedua' alias warga negara rendahan.

Ferrell Christensen, filsuf yang menjadi profesor di University of Alberta Kanada, menjelaskan maskulinisme dipakai sebagai terminologi untuk merujuk situasi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang didominasi karakter maskulin nan macho seorang pria.

Dengan demikian, banyak lelaki yang tak mau dianggap salah kalau berhadapan dengan perempuan, termasuk dalam kasus pelecehan seksual

"This is why we need feminism (Inilah alasan kita membutuhkan feminisme, -red)," kata korban mengakhiri tulisannya di media sosial.

Baca Juga: Ada Penusukan dan Pelecehan Seksual, TransJakarta Timbang Tambah CCTV

Catatan Redaksi: Foto dalam artikel ini sudah diganti dengan ilustrasi pada hari Kamis (25/4/2019) pukul 13.00 WIB. Teks dalam artikel ini juga kembali disunting. Semua itu merupakan respons atas kritik dari publik dan korban.

Redaksi Suara.com juga sudah menghubungi korban untuk meminta maaf karena sebelumnya menggunakan foto dirinya, sehingga secara etiket tak melindungi korban pelecehan seksual.

Dengan ini, kami meminta maaf kepada korban dan publik atas kesalahan tersebut.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI