Satu pemikiran mendasar akan kesepahamanya mengenai pernyataan itu. Baginya, tidak perlu saling direpotkan dengan perbedaan.
“Mari kita saling introspeksi diri, mari kita selesaikan bagaimana baiknya,” kata dia.
Karena semua itu, di mata dia tujuannya untuk kedamaian. Kalau tidak pernah berdamai, maka hidup akan berisi dengan tekanan.
“Bagi saya, Gus Dur itu merupakan sosok, tokoh yang betul-betul punya hati dan mau terbuka dengan siapa saja,” katanya, tak henti memuji.
Maka dia pun tak heran, ketika para pecinta Gus Dur di tanah air tidak hanya dari kalangan muslim, tapi banyak juga dari nonmuslim. Bagi Romo Boni, itu tidak terlepas dari keterbukaan hati Gus Dur yang kemudian bisa menerima dan diterima banyak kalangan.
Lebih lokal di Majenang dan sekitanya, terkait pluralisme dan toleransi itu dalam pandangannya terjalin cukup bagus.
“Saya baru satu tahun tugas di Majenang. Sebelumnya di Purwokerto, Makasar, Yogyakarta, Pekalongan, dan Banjarnegara. Dan saya melihat, teman teman secara umum yah, di Majenang masyarakatnya cukup terbuka,” kata dia.
Kegiatan Sarasehan dan Buka Bersama, “Memaknai Kesalehan Sosial di Bulan Suci Ramadan di Gereja Santa Theresia, Majenang, Cilacap, Senin (27/5) sore, menjadi salah satu tolokukurnya.
Sarahsehan dengan tagline “Kencot Baren Wareg Bareng” itu menghadirkan Budayawan Ahmad Tohari dan Romo Boni Abas.
Baca Juga: Kisah Toleransi Romo Boni Bimbing Muslim Ucapkan Syahadat Sebelum Meninggal
Sarasehan yang diikuti ratusan peserta juga menghadirkan Ketua MWC NU Majenang, Kyai Hisbullah Huda dan Eko Waluyo dari PC Lesbumi Cilacap. Pamong Budaya Nasional Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Imam Hamidi Antassalam juga hadir dalam acara tersebut.