Suara.com - Bicara soal Papua, tak lepas dari nama Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau yang karib disapa Gus Dur. Pun sebaliknya. Bicara soal Gus Dur, tentunya teringat sepak terjangnya mengembalikan nama Papua.
Dalam sewindu Haul Gus Dur di UIN Sunan Kalijaga, pada 2018 silam, putri Gus Dur, Alissa Wahid sempat melontarkan cerita tentang tetua adat Papua dan kursi kosong yang ditinggalkan Gus Dur.
Alisa Wahid berkisah, "Suatu hari pada 2013 atau 2015. Saya lupa. Datang serombongan tetua adat dari Papua ke gedung PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama--RED)."
Para tetua adat Papua itu minta izin masuk ke ruangan Gus Dur. Ruangan itu memang sengaja dibiarkan sama seperti ketika Gus Dur masih hidup. Ada kursi kosong. Kursi itu biasa diduduki oleh Gus Dur.
"Mereka meminta izin masuk ke ruangan Gus Dur yang dibiarkan masih sama seperti dulu. Ada kursi yang selalu diduduki Gus Dur dan beberapa kursi yang kosong," ucap Alissa Wahid.
Tetua adat itu meminta izin untuk duduk di kursi-kursi kosong itu. Kursi kosong Gus Dur dibiarkan. Mereka lalu berbicara kepada kursi kosong yang biasa diduduki Gus Dur tersebut.
"Dan mereka minta izin untuk duduk di sana. Para pemuka adat berlima. Lalu mereka mulai berbicara kepada kursi yang kosong itu, seakan-akan sedang berbicara dengan Gus Dur," ujar Alissa Wahid.
Alissa Wahid bercerita, "Mereka berkeluh kesah. Mereka menangisi operasi militer yang waktu itu baru saja terjadi dan menimbulkan korban lima orang di pedalaman papua. Mereka merasa yang paling bisa memahami mereka adalah Gus Dur."
Di akhir lawatan, mereka merampungkan dengan doa dan perkataan, meski Gus Dur sudah tiada, mereka masih percaya sosok kiai NU itu tetap menjaga mereka. Mereka menyebut Gus Dur 'leluhur' mereka.
Baca Juga: Kisah Gus Dur Ganti Nama Irian Jadi Papua, Ini Alasan di Baliknya
"Lalu mereka mengakhirinya dengan berkata seperti ini: 'Bapak (Gus Dur), walaupun sudah tidak ada, kami percaya leluhur kami tetap menjaga kami. Dan Bapak termasuk leluhur kami. Tolong doakan kami,'" ujar Alissa Wahid menirukan omongan mereka.
Gus Dur dan nama Papua
Peran Presiden ke-empat Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tak kuasa dilepaskan dalam memberikan spirit kemanusiaan di Tanah Papua agar terbebas dari diskriminasi, marjinalisasi dan krisis di segala bidang.
Seperti dilansir Suara.com dari NU Online, Senin (19/8/2019), seorang santri Gus Dur asal Kudus, Nuruddin Hidayat mengatakan, pada 30 Desember 1999 atau 2 bulan 10 hari setelah dilantik menjadi presiden, Gus Dur berkunjung ke Papua (saat itu Irian Jaya).
Lawatan Gus Dur bukan tanpa alasan. Ada dua tujuan dalam kunjungan tersebut. Pertama: berdialog dengan berbagai elemen di Papua. Kedua: melihat matahari terbit pertama milenium ke-dua pada 1 Januari 2000.
Persamuhan dengan berbagai elemen digelar pada 30 Desember 1999 jam 20.00 waktu setempat.