Karya ilmiah milik Mustanski digunakan sebagai dasar argumen bahwa banyak LGBT yang mengalami depresi berat hingga percobaan buruh diri.
"Ini interpretasi yang salah dari karya saya. Kami telah menunjukkan bahwa kesenjangan kesehatan mental didorong oleh faktor-faktor sosial (seperti intimidasi, kebijakan anti-gay). Orang LGTB tidak secara tidak teratur," kata Mustanski.

Terakhir ada pula peneliti bernama Sadiq Naveed yang juga menegur Dwi. Ia meminta agar tidak menyalahgunakan karyanya dan tidak salah mengutip untuk mempropagandakan narasi tertentu.
"Saya tidak menuntut orang tanpa penelitian atau latar belakang medis untuk memahami masalah ini. Namun, kita juga harus sangat berhati-hati dalam menggunakan data ilmiah untuk mempropagandakan narasi tertentu," ungkapnya.
Utas dari Dwi yang direspon oleh para peneliti tersebut mendadak viral dan menjadi perbincangan warganet. Warganet mendesak agar Dwi segera meminta maaf kepada para peneliti dan publik.
Pasalnya, interpretasi Dwi yang keliru menimbulkan hoaks dan sangat merugikan banyak pihak.

Untuk diketahui, nama Dwi Estiningsih sendiri sudah tak asing di mata publik. Pada 2016 lalu, Dwi menyebarkan ujaran kebencian yang menyebut pahlawan kafir. Sebelumnya, ia juga sempat membuat heboh publik usai menyebut ada logo palu arit di uang pecaran Rp 100.000.