Rasa kekhawatiran semakin bertambah, kala salah satu teman saya yang juga bekerja sebagai reporter, menelepon sekitar pukul 23.00 WIB.
Dia memberitahukan kepada saya, jika memiliki riwayat kontak langsung dengan Menhub Budi Karya pada 3 Maret 2020 di acara peresmian Yayasan Ciputra Golfpreneur Indonesia (YCGI) di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan.
Lantaran itu pula, saya coba mengingat-ingat mencoba flashback dengan rentetan agenda peliputan. Akhirnya, pikirian ini mengingat kembali pada tanggal 9 Maret 2020. Kala itu, saya sempat melakukan pertemuan dengan teman tersebut yang saat itu dalam kondisi sakit radang tenggorokan.
Karena itu lah, pada Minggu (15/3/2020) pagi, saya memutuskan untuk memeriksakan kesehatan ke rumah sakit rujukan. Keputusan saya juga didasari dengan permintaan langsung oleh kantor tempat saya bekerja.
Saya pun bergegas mendatangi RSPI Sulianti Saroso sekitar pukul 10.00 WIB. Saat saya datang, telah berkerumun teman wartawan lain, terutama yang kerap bertugas di Istana Negara.
Seperti wartawan lain, saya langsung mengambil nomor antrean. Setelah menunggu sekitar dua jam, saya menjalani proses screening di pos pemantauan yang terletak di pintu masuk ruang ICU.
Pada tahap screening, petugas langsung memeriksa suhu tubuh dengan thermal gun. Suhu tubuh saya saat itu, 36,8. Setelahnya, saya diminta untuk mengisi form screening.
Dalam form tersebut kami diminta untuk mengisi data diri, pertanyaan mengenai riwayat perjalanan, apakah pernah berkontak langsung dengan pasien positif Covid-19? serta kondisi kesehatan kala itu.
Dari jawaban yang kami tulis, petugas akan mengarahkan kemungkinan langsung diperbolehkan pulang atau harus menjalani tes kesehatan terlebih dahulu.
Baca Juga: Salah Saat Sebut Data Corona, Khofifah: Yang Benar ODP 91 dan PDP 36 Orang

Karena riwayat kesehatan saya saat itu mengalami demam dan batuk, ditambah penjelasan saya yang sempat bertemu teman yang berkontak langsung dengan Menhub Budi Karya, petugas pun mengarahkan untuk mendatangi ruang IGD.
Di ruang IGD inilah ekspektasi saya terhadap pemeriksaan atau tes Covid-19 di RS Sulianti Saroso runtuh. Lantaran, perawat hanya mengecek tekanan darah, serta cek detak jantung menggunakan stetoskop.
Ajaibnya, hanya dari dua elemen pemeriksaan tersebut, petugas medis langsung berkesimpulan bahwa saya tak mengalami infeksi virus dan langsung diimbau untuk mengisolasi diri.
Kendati demikian, saya dan beberapa orang wartawan yang tak puas, mengajukan kepada petugas medis agar kami mendapat pengecekan yang lebih detail, apabila cek swab memang tidak memungkinkan.
Akhirnya, saya diarahkan untuk mendatangi loket pendaftaran untuk nantinya menjalani medical check up (MCU).
Di loket pendaftaran, saya hanya dimintai Kartu Tanda Pengenal (KTP). Setelah selesai, saya mendapat nomor pasien dan langsung diarahkan kembali ke IGD.