Saat pandemi Covid-19 tak juga tertangani lewat PSBB, ekonomi sebagian masyarakat Indonesia, terutama yang berada di sektor informal semakin tergerus. Ancaman sosio-ekonomi beruapa kerusuhan masal disebut Sana kini menghantui Indonesia.
"Selain keterlambatan, urutan tindakan pencegahan yang kadung buruk turut mempercepat krisis kesehatan dan dampak ekonominya," kata sana.
"Sejak awal, Presiden Joko Widodo ingin mengindari lockdown regional karena takut dengan imbas ekonomi disektor informal yang mencapai 60 persen dari seluruh penduduk Indonesia."
"Data survei terbaru menunjukan gambaran suram bahwa 25 persen orang deasa (sekitar 50 juta orang) melaporkan bahwa mereka sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal itu menciptakan kekhawatiran terkait kerusuhan di perkotaan."
Ironisnya, lanjut Sana, penanganan pandemi Covid-19 yang buruk, dibarengi dengan tindakan-tindakan menyelamatkan citra.
Pemerintah menutupi data terkait pandemi Covid-19 dan terlalu melibatkan militer dalam membantu penanganan.
Merujuk laman resmi Covid-19.go.id, Pemerintah Indonesia melaporkan bahwa kasus positif Covid-19 di Tanah Air 'hanya' mencapai jumlah 10.118 orang dengan tingkat kematian mencapai 792 orang, per Jumat (1/5/2020).
Wartawan yang tak puas dengan data dari pemerintah, melakukan penyelidikan independen untuk mengetahui angka yang lebih pasti. Reuters menemukan bahwa 22 ribu orang Indonesia diprediksi telah meninggal dunia dengan gejaral Covid-19 akut.
![Warga berpakaian APD mengangkut jenazah pasien yang kuburannya dibongkar pada Kamis sore 30 April 2020.[Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/04/30/46810-warga-berpakaian-apd-mengangkut-jenazah-pasien-yang-kuburannya-dibongkar-pada-kamis-sore.jpg)
"Ketidakpedulian pada data menciptakan kebijakan-kebijakan yang keliru. Alih-alih menyiapkan tindakan pencegahan, para pehabat justru mencari cara agar menghindari tanggapan," tulis Sana.
Baca Juga: Rektor UIC Mengaku Dapat Bansos Jokowi, Fadli Zon: Duh, Ironi Negara Maju
"Widodo (belakangan) mengakui bahwa data (resmi) disembunyikan untuk mencegah kepanikan masal. Parahnya, pemerintah menggunakan data cacat itu untuk menunda intervensi lebih lanjut."
Menurut Sana, masyarkat Indonesia sejatinya sudah terbiasa dengan respon lambat pemerintah dalam menangani bencana maupun pandemi.
Namun, wabah virus corona yang skalanya jauh lebih besar, dirasa bakal menjadi ujian tertinggi bagi masyarakat terkait gagapnya pemerintah dalam betindak.
"Tetapi, kali ini tampaknya ketahanan orang-orang Indonesia mendapat ujian yang sangat besar oleh pandemi berskala global yang belum pernah terjadi sebelumnya, disamping diuji oleh ketidakmampuan pemerintahnya sendiri," kata Sana.