Donald Trump Gusur Kuburan di Bogor untuk Bangun Lapangan Golf dan Resor

Selasa, 19 Mei 2020 | 10:47 WIB
Donald Trump Gusur Kuburan di Bogor untuk Bangun Lapangan Golf dan Resor
Pemandangan kawasan Lido Lake Resort yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dari udara. [Lidolakeresort.com]

Ahli waris, atau ahli waris utama, disebut harus menangani tugas apa pun yang terkait dengan kuburan, bukan pekerja konstruksi yang didukung militer.

"Saya tidak bisa mengatakan campuran emosi yang kami rasakan saat itu. Kami kesal, marah, semua terbungkus menjadi satu," kenang Firmansyah.

"Rasanya seperti itu adalah akhir dunia bagi saya," tambahnya.

Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo [suara.com/Handita Fajaresta]
Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo [suara.com/Handita Fajaresta]

Dua mayat lain yang digali pada hari itu adalah milik saudara perempuan - Susanti Binti Caing dan Ade Holisah Binti Caing - yang telah meninggal pada tahun 1985 dan 1988. Ibu mereka, Iyum, tidak ada di sana ketika tentara datang.

"Saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu sampai setelah mereka digali. Saya terkejut. Saya menangis," kata Iyum.

"Menurut mereka siapa anak-anakku - anjing?" ujarnya kesal.

“Saya ingin anak-anak saya di sini. Di mana mereka seharusnya."

Protes warga

Iyum dan Heri sempat mengadu ke polisi terkait penggalian paksa makam kerabat mereka.

Baca Juga: Selain Hangat di Perut, Ini 7 Manfaat Jahe untuk Kesehatan

Mereka diantar pengacara setempat dalam mengajukan laporan ke kepolisian Bogor setelah tiga minggu kuburan di gali.

Kendati demikian, laporan yang diperoleh The Post menyebut "Kedua mayat belum dikembalikan ke kuburan mereka," demikian bunyi tulisan itu.

Kontroversi di pemakaman dengan cepat memicu protes kemarahan. Pada 13 Februari, penduduk desa berkumpul di luar kantor polisi Bogor.

Sembilan hari kemudian, sebuah kelompok dari desa memprotes di depan Dewan Perwakilan Rakyat dan istana kepresidenan di Jakarta.

Dalam surat kepada Hary Tanoesoedibjo dan Presiden Joko Widodo pada bulan-bulan berikutnya, pengacara yang mewakili desa mengatakan bahwa penduduk mengalami tekanan traumatis dan psikologis yang dalam dari tindakan MNC dan pasukan keamanan Indonesia.

”Penolakan warga tidak diperhatikan,” bacakan surat itu kepada Tanoesoedibjo, tertanggal 3 April 2019.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI