Untuk faktor pertama, Elly menjelaskan, ada kesenjangan bahasa antara pemerintah dan masyarakat awam.
"Kenyataannya di masyarakat kita ini sosialisasi dari kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya tersosialisasikan dengan baik. Ada sedikit kebingungan dengan beberapa istilah yang disampaikan pemerintah, seperti new normal dan PSBB. Bahasa rakyat dengan bahasa pemerintah berbeda," kata perempuan bergelar profesor ini.
Tak sedikit masyarakat, lanjut Elly, yang menganggap new normal itu kembali ke kondisi normal sebelum pandemi.
Padahal, istilah itu berarti, masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa tapi dengan protokol kesehatan yang ketat. Masyarakat juga harus paham virus corona masih menjadi ancaman.
Faktor kedua, Elly menuturkan, masyarakat cenderung kesulitan melampiaskan kejenuhannya dengan cara yang lebih aman lantaran minimnya fasilitas publik, seperti taman bermain dan sarana olahraga, di sekitar tempat tinggal mereka.
"Ketika datang ke objek wisata di Lembang karena mereka untuk melepaskan rasa jenuhnya tidak ada di sekitar mereka. Tidak ada taman bermain, tidak ada tempat olahraga," ujarnya.