“Nah, kalau bunga itu melambangkan kehidupan. Sementara melati itu melambangkan kesucian,” ucap Tamzi.
Ketika melangkah ke lorong pertama pada museum itu, mata kita akan dimanjakan dengan beragam Arca yang berjejer di Taman Megalith.
Ukuran setiap Arca-nya pun cukup besar lho. Di taman ini merupakan kepercayaan akan adanya hubungan antara hidup dan mati menghasilkan suatu tradisi yang disebut ‘Tradisi Megalith’ yang telah menghasilkan benda-benda yang erat kaitannya dengan perwujudan dan arwah nenek moyang.
Pada masa Megalitik, masyarakat sudah melakukan hal-hal religius.
Salah satunya adalah pemujaan terhadap leluhur yang merupakan pedoman dalam kehidupan sehari-hari dengan didirikanlah bangunan Megalith untuk penghubung roh-roh nenek moyang.
Seperti Arca Ibu Mendukung Anak. Arca ini merupakan salah satu peninggalan masa Megalitik yang menggambarkan seorang wanita atau ibu dalam posisi jongkok sedang mendukung anak di punggung.
“Arca itu (Ibu Mendukung Anak) melambangkan kesuburan,” tambah Tamzi.
Beruntungnya, peninggalan-peninggalan jejak peradaban tersebut masih bisa kita lihat hingga saat ini.
“Kebanyajan jejak-jejak tersebut banyak ditemukan di dataran Pasemah di wilayah Lahat dan Gunung Dempo, Pagaralam,” kata dia.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Sejarah HUT RI 17 Agustus
Lanjut ke bagian lorong lainnya, kita aka diajak menikmati masa pra sejarah Sumatera Selatan.
Mulai dari kehidupan masa berburu awal, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, serta masa bercocok tanam dan masa perundagian.
“Kehidupan pra sejarah ini dimulai pada masa plestosen. Itu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjut, ya sekitar 20 ribu tahun lalu,” ujarnya.
Di museum ini, kita juga bisa melihat Bangsal Arkeologi, yang memamerkan 12 koleksi dari dua periode (delapan koleksi arca pra sejarah dan empat koleksi arca peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya yakni Arca Hindu dan Budha).
Selanjutnya, kita bisa mengintip tentang Kerajaan Sriwijaya yang merupakan kerajaan maritim terbesar di Nusantara pada abad ke-7 sampai 13 masehi.
“Di museum ini, pengunjung juga bisa melihat masa Kesultanan Palembang dan Kokonialisme Belanda, masa pendudukan Jepang, revolusi kemerdekaan RI, kerajinan tradisional hingga arsitektur tradisional Sumatera Selatan seperti Rumah Limas dan Rumah Ulu,” tutur dia.