“Dengan 50 kilogram beras itu kita bisa membagikan sebanyak 500 piring Bubur Suro,” tambah dia.
Ditambahkan seorang koki di Masjid Suro, Ki Agus M Yusuf, tradisi bagi-bagi bubur memang dilakukan secara turun-temurun.
Lebih lanjut dia menjelaskan, sedikit cara pembuatan Bubur Suro yang legendaris itu.
Pertama siapkan wajan, lalu masukan air sekitar 70 liter untuk 20 kilogram beras hingga mendidih.
“Kalau mendidih, baru masukan 20 kilogram beras itu selama dua jam. Selama itu harus diaduk-aduk,” kata dia.
Setelah 15 menit kemudian, lanjut dia, masukan rempah-rempah yang sudah disiapkan seperti sahang atau lada, kayu manis, cengkeh atau bumbu sop setengah kilogram, daging 10 kilogram yang sudah dicincang dan ditambah kecap asin.
“Aduk terus selama satu jam lebih. Kalau total membuat itu (Bubur Suro) memakan waktu 4 jam hingga kita sajikan,” ungkap dia.
Ia pun berharap tradisi seperti ini tetap diteruskan oleh penerus berikutnya. Dengan begitu, yradiai bagi-bagi bubur ini tak pernah hilang.
“Semoga tradisi ini terus dilakukan. Jangan sampai berhenti,” katanya.
Baca Juga: Pandemi Melanda, Tradisi Bubur Asyura di Kudus Masih Berjalan