Direktur kelompok lingkungan Azitona Development Service, Duncan Maphwesesa, mengatakan perburuan tikus akan menghancurkan ekosistem di dalam semak.
"Kami sangat menghargai bahwa mereka harus mempertahankan mata pencaharian karena kemiskinan dan masalah kebakaran hutan," kata Maphwesesa.
"Mereka tidak melihat bahwa mereka mempengaruhi lingkungan dan mereka bagian tak terpisahkan dari faktor penyebab perubahan iklim," sambungnya.
Kendati demikian, tradisi makan tikus sulit dilakukan. Sebab, perburuan hewan pengerat ini seringnya dianggap sebagai bentuk hiburan.
Salah seorang warga, Lucius Banda, menyebut anak-anak di desanya acapkali diberi makan tikus sebagi bentuk hadiah, bahkan sebelum memerka mencicipi daging sapi.