"Nah ini yang saya tidak lihat, mohon maaf saja misalnya cara nanganin Covid dari Gugus Tugas menjadi Satgas, lalu kemudian memberikan kewenangan kepada Pak Luhut. Itu sebenarnya menjelaskan bahwa ini tidak ada rencana, tidak ada sesuatu yang solid atau ada sesuatu yang salah dari awal," kritik Fahri.
Fahri juga menyoroti cara penanganan krisis yang masih belum memuaskan lantaran belum terbentuknya kesadaran dasar.
"Sekarang Menteri Keuangan mengumumkan kita sudah masuk resesi. Yang dibutuhkan itu bukan hanya ide-ide sektoral tapi kesadaran dasar bahwa kita semua ini sedang dalam bencana besar. Jangankan kita berkontribusi untuk kemanusiaan, menyelesaikan maslah kita sendiri aja kita enggak sanggup," sindir Fahri.
Lebih lanjut, ia kemudian tak ingin kondisi krisis tersebut menghalangi pelaksanaan Pilkada yang rencananya akan digelar Desember 2020 nanti.
"Apabila 270 daerah ini legitimasinya hilang, chaos (kekacauan) akan terjadi di daerah. Plt (Pelaksana tugas)tidak bisa menangani krisis," tutur Fahri.
Ia berpendapat bahwa kesadaran bersama soal krisis dan pandemi masih bisa muncul lantaran tidak adanya sikap persatuan.
"Itu saja belum sanggup kita lakukan. Kita masih pecah. Hari gini masih cebong kampret. masih saling fitnah kiri kanan saling maki, enggak ada persatuan. Padahal lagi krisis," protes Fahri.
Ia lantas meminta agar pemerintah pusat mulai mengubah cara berpikir menangani pandemi.
"Tolong itu ubah mindset pemerintahan pusat. Ini krisis besar jangan main-main!" kata Fahri memungkasi.
Baca Juga: Soroti Pilkada, Rocky: Biar Tidak Ada Orang yang Jadi Tukang Martabak Lagi