Suara.com - Setidaknya 16 militer dan warga sipil tewas pada Minggu (27/9) ketika perang antara Armenia dan Azerbaijan pecah di Kota Nagorno-Karabakh.
Menyadur Channel News Asia, Senin (28/9/2020) perselisihan antara dua bekas republik Soviet tersebut adalah gejolak terbaru dari konflik berkepanjangan di Nagorno-Karabakh.
Daerah konflik tersebut yang berada di dalam wilayah Azerbaijan tetapi dijalankan oleh etnis yang berasal dari Armenia.
Pihak Nagorno-Karabakh mengatakan 16 prajuritnya tewas dan lebih dari 100 lainnya luka-luka setelah Azerbaijan melancarkan serangan udara dan artileri pada Minggu pagi. Armenia dan Nagorno-Karabakh mengumumkan darurat militer dan memobilisasi penduduk laki-laki.
Azerbaijan, yang juga mengumumkan darurat militer, mengatakan pasukannya menanggapi serangan yang diluncurkan oleh Armenia dan lima anggota dari satu keluarga terbunuh.
Pihak Azerbaijan juga mengatakan pasukannya telah menguasai hingga tujuh desa. Nagorno-Karabakh awalnya menyangkal klaim tersebut, namun kemudian mengakui mereka kehilangan "beberapa posisi".
Perselisihan puluhan tahun antara mayoritas Kristen Armenia dan sebagian besar Muslim Azerbaijan memicu tanggapan dari luar negeri.
Rusia menyerukan gencatan senjata segera dan kekuatan regional lainnya, sedangkan Turki mengatakan akan mendukung Azerbaijan.
Departemen Luar Negeri AS mengutuk peristiwa tersebut dan menyerukan penghentian segera permusuhan dan retorika atau tindakan lain yang dapat memperburuk masalah.
Baca Juga: Perdana Menteri Armenia Beserta Keluarga Dinyatakan Positif Covid-19
Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan dalam konflik yang pecah ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991.
Meskipun gencatan senjata disepakati pada tahun 1994, Azerbaijan dan Armenia sering saling menuduh melakukan serangan di sekitar Nagorno-Karabakh dan di sepanjang perbatasan Azeri-Armenia.
Dalam insiden pada hari Minggu tersebut, aktivis sayap kanan Armenia mengatakan seorang wanita dan anak etnis Armenia juga tewas.
Diplomasi Internasional
Armenia mengatakan pasukan Azeri telah menyerang sasaran sipil termasuk ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, dan menjanjikan akan membalas secara proporsional.
"Kami tetap kuat di samping tentara kami untuk melindungi tanah air kami dari invasi Azeri," tulis Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di Twitter.